Translate

Rabu, 16 Mei 2012

PENGERTIAN DAN FUNGSI MEDIA DALAM PEMELAJARAN


      Media Sebagai Sumber Pembelajaran
1.      Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Association for Education dan Communication Technology (AECT, 1997) mendefinisikan bahwa media adalah segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi. Sedangkan National Education Association (NEA) mendefinisikan media sebagai suatu benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.
Para ahli pendidikan juga mendefinisikan media dengan beberapa diskripsi atau definisi yang berbeda-beda, diantaranya :
a.       Menurut Anderson (1997) dalam bukunya yang berjudul pemilihan dan pengembangan media untuk pembelajaran, alat bantu pembelajaran (instructional media). Mendefinisikan media sebagai perlengkapan atau alat untuk membantu guru memperjelas materi yang akan disampaikan. Media pembelajaran (instructional media) didefinisikan sebagai sebuah media yang memungkinkan terjadinya interaksi antara karya seorang pengembang mata pelajaran dengan siswa.
b.      Menurut Heinich dan Molenda (1993), media diartikan sebagai alat komunikasi yang membawa pesan dari sumber ke penerima.
c.       Menurut Griggs (1970) mengemukakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang anak didik untuk belajar, contoh : buku, film, kaset, dan film bingkai.
d.      Umar Hamalik, pakar pendidikan Indonesia menyatakan media adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interes antara guru dan anak didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
Dari beberapa deskripsi serta batasan-batasan pengertian atau definisi para ahli tentang media, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian media dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyamplaikan pesan atau informasi dari sumber kepada anak didik yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, dan perhatian anak didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat memungkinkan terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali. (Arif Supriyani. Media dari Sumber Pembelajaran AUD, UNIROW TUBAN)
1.      Dalam pola 1, sumber belajar anak didik / siswa hanyalah berupa orang. Guru atau pendidik memegang kendali yang penuh atas terjadinya kegiatan belajar mengajar.
2.      Dalam pola 2, sumber belajar berupa orang yang dibantu sumber lain. Dalam pola ini guru atau pendidik memegang kendali, hanya saja tidak mutlak karena ia dibantu oleh sumber lain. Dalam pola instruksional ini sumber yang berfungsi sebagai alat bantu disebut alat peraga.
3.      Dalam pola 3, sumber belajar berupa orang bersama-sama dengan sumber lain berdasarkan suatu pembagian tanggung jawab. Dalam hal ini, kontrol terhadap kegiatan belajar mengajar dibagi bersama antara sumber manusia dengan sumber lain. Sumber lain itu merupakan bagian integral dari seluruh kegiatan belajar. Dalam pola ini, sumber lain itu dinamakan media.
4.      Dalam pola 4 ini, anak didik (siswa) belajar hanya dari satu sumber yang bukan manusia. Keadaan ini terjadi dalam suatu pengajaran melalui media. Sumber bukan manusia tersebut dinamakan media. (Asnawar, Basyirudin Usman. Media Pembelajaran : 12)
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara media dengan alat peraga terletak pada fungsi, bukan pada subtansi. Sumber belajar dikatakan alat peraga jika hal tersebut fungsinya hanya sebagai alat bantu saja. Hal tersebut dikatakan media jika sumber belajar itu merupakan bagian yang integral dari seluruh kegiatan belajar. Disini ada pembagian tugas dan tangung jawab antara guru kelas atau pendidik disatu fihak dan sumber yang bukan manusia (media) di fihak lain.
2.       Pentingnya Penggunaan Media
Pada hakekatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru atau pendidik dan siswa atau anak didik bertukar fikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian atau bisa juga digambarkan adanya interaksi yang terjadi, dimana interaksi tersebut menghasilkan satu pengertian yang sama. Artinya baik guru ataupun siswa telah menjalankan fungsinya dengan benar. Namun demikian dalam kenyataannya tidaklah semudah dan sesederhana itu. Dalam komunikasi yang terjadi, sering timbul penyimpangan-penyimpangan sehigga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa dengan faktor psikologisnya, kurang minat dan kegairahan, faktor pendidik atau guru sebagai pengirim pesan serta pemilihan media yang tidak tepat maka dari itu penggunaan media dalam proses belajar mengajar harus betul-betul dipertimbangkan ketepatgunaannya. Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian adalah dengan menggunakan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyajia stimulus informasi, sikap dan lain-lain juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Dalam hal-hal tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta untuk memberikan umpan balik.
Pentingnya penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut :
a.       Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa. Pengalaman masing-masing individu yang beragam karena kehidupan keluarga dan masyarakat sangat menentukan macam pengalaman yang dimiliki mereka. Dua orang anak yang hidup didua lingkungan yang berbeda akan mempunyai pengalaman yang berbeda pula. Dalam hal ini media dapat mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut.
b.      Media dapat mengatasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk dialami secara langsung oleh siswa di dalam kelas. Seperti objek yang terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan-gerakan yang diamati terlalu cepat atau terlalu lambat. Maka melalui media akan dapat diatasi kesukaran-kesukaran tersebut.
c.       Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya. Gejala fisik dan social dapat diajak berkomunikasi dengannya.
d.      Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang dilakukan siswa dapat secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang daianggap penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
e.       Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis. Penggunaan media, seperti : gambar, film, model, grafik, dan lainnya dapat memberikan konsep dasar yang benar.
f.       Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan menggunakan media, horizon pengalaman anak semakin luas, persepsi semakin tajam, dan konsep-konsep dengan sendirinya semakin lengkap. Sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar selalu timbul.
g.      Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar. Pemasangan gambar dipapan buletin, pemutaran film, dan mendengarkan program audio dapat menimbulkan rangsangan tertentu kearah keinginan untuk belajar.
h.      Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai keapda yang abstrak. Sebuah film tentang suatu benda atau kejadian yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh siswa, akan dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang wujud, ukuran, dan lokasi. Di samping itu dapat pula mengarahkan kepada generalisasi tentang arti kepercayaan suatu kebudayaan dan sebagainya. (Asnawar, Basyirudin Usman, Media Pembelajaran : 13-14)
3.        Peranan Media dalam Pembelajaran
Media selain dapat digunakan untuk mengantarkan pembelajaran secara utuh dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, memberikan penguatan, maupun motivasi. Kembali kepada arti penting media dalam proses belajar mengajar yang dapat mengantarkan kepada tujuan pendidikan. Menurut (Hamalik 1997, Sadiman 2003) ada beberapa peranan media dalam proses belajar mengajar diantaranya :
a.       Memperjelas penyajian pesan dan mengurangi verbalitas.
Sesuai dengan karakteristik dari media, maka penggunaan media dapat membantu manusia mengatasi sedikit banyak keterbatasan indera manusia sehingga pesan yang disampaikan menjadi jelas. Penggunaan media mengurangi verbalitas karena media dapat mendorong anak untuk aktif berperan serta dalam proses belajar mengajar, sehingga informasi yang diterima oleh anak didik tidak hanya dari guru saja tetapi anak didik juga berperan aktif mencari dan mendapatkan informasi pembelajaran tersebut.
b.      Memperdalam pemahaman anak didik tentang materi pelajaran.
Dengan penggunaan media dalam belajar akan ada kejelasan informasi / pesan tentang materi pelajaran yang diterima anak didik. Disamping itu, melalui media, peran aktif anak didik dapat digerakkan untuk memperoleh pengetahuan tentang materi pelajaran, maka hal itu secara otomatis akan memperdalam pemahaman anak didik.
c.       Memperagakan pengertian yang abstrak kepada pengertian yang konkrit dan jelas.
Materi pembelajaran sering kali adalah sesuatu yang bersifat abstrak. Hal yang abstrak ini tidak mudah untuk difahami terutama untuk anak didik Taman Kanak-Kanak. Oleh karena itu, media mampu menjadikan sesuatu yang bersifat abstrak dapat difahami secara konkrit dan jelas. Misalnya ketika dalam mengajarkan medan magnet, guru dapat menggunakan media berupa biji besi yang diletakkan diatas kertas dan digerakkan dengan sebatang magnet / besi berani. Maka akan terlihat medan magnet dengan jelas. Contoh lain adalah ketika seorang guru mengajarkan makna kasih saying, tuhan, malaikat, dan lain-lain, maka melalui media, hal ini dapat difahami dengan mudah oleh anak didik misalnya dengan menggunakan media boneka tangan dan buku cerita. Bergambar yang disampaikan dengan metode dramatisasi dan bercerita.
d.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya intera manusia.
Manusia memili;ki keterbatasan indera untuk bisa memahami tentang seluk beluk lingkungan kehidupannya, jika hanya mendalkan daya inderanya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan bantuan berbagai alat yaitu dnegan menggunakan berbagai media. Hal ini sesuai dengan karakteristik media yaitu :
1)      Fixative property
Media mampu menangkap, menyimpan dan merekomendasikan suatu objek atau peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau. Misalnya foto, kamera, film, video, film bingkai dan lain-lain.
2)      Manipulative property
Media dapat mengubah objek, waktu dan peristiwa menjadi tiga hal yakni :
a)      Close up (objek yang terlalu kecil terlihat lebih besar) misalnya dengan media proyektor mikro, mikroskop, luv/loop, film, bingkai, model, dan gambar.
b)      Time lapsel high – speed photography (gerak yang terlalu lambat dapat ditampilkan lebih cepat) misalnya gerakan tumbuhnya bunga dipercepat dengan media film/kamera film.
c)      Slow motion (gerak yang terlalu cepat dapat ditampilkan lebih lambat) misalnya gerakan elang yang memangsa ayam dengan cepat dapat diperlambat dengan film
d)     Objek yang terlalu besar seperti rumah, gajah, pesawat, dapat ditampilkan bentuk kecilnya dengan model, miniatur, gambar atau film.
e)      Objek yang terlalu kompleks misalnya mesin-mesin dapat disajikan dengan model, diagram, bagan dan lain-lain.
3)      Distributive property
Media dapat menyajikan suatu peristiwa dalam radius yang luas seperti gunung berapi, gempa bumi, iklim, kepulaian dan lain-lain. Sehingga dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, peta / globe, radio dan lain-lain.
e.       Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan dapat mengatasi sikap pasif anak didik.
Media dapat mendorong anak untuk berperan aktif dalam proses belajar. Anak diberi kesempatan untuk bereksperimen dan bereksplorasi secara luas terhadap media tersebut. Dalam hal ini, media pembelajaran berguna untuk :
1.      Menimbulkan kegairahan belajar
2.      Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.
3.      Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
f.       Mengatasi sifat unik pada setiap anak didik yang diakibatkan oleh lingkungan yang berbeda.
Setiap anak didik berasal dari lingkungan keluarga yang memiliki budaya, agama, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang berbeda. Oleh karena itu setiap anak didik memiliki keunikan tersendiri dan berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Dalam hal ini guru dituntut untuk menggunakan media yang sesuai dengan para anak didiknya. Misalnya guru menggunakan variasi media yang untuk mengatasi perbedaan gaya belajar para anak didiknya, sehingga media tersebut mampu :
1)      Memberikan perangsang yang sama
2)      Mempersamakan pengalaman
3)      Menimbulkan persepsi yang sama
g.      Media mampu memberikan variasi dalam proses belajar mengajar.
Dengan menggunakan media yang bervariasi, maka suasana pembelajaranpun akan bervariasi dan menarik bagi anak didik. Hal ini dikarenakan setiap media memiliki karakteristik yang memungkinkan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara dan metode.
h.      Memberi kesempatan pada anak didik untuk mereview pelajaran yang diberikan.
Dalam proses belajar mengajar mungkin saja ada beberapa informasi yang terlewat oleh anak. Dengan melihat kembali media yang digunakan oleh guru dalam menerangkan, anak didik dapat merevisi kembali informasi pelajaran yang telah diterimanya tersebut.
i.           Memperlancar pelaksanan kegiatan belajar mengajar dan mempermudah tugas mengajar guru
Dengan penggunaan media yang tepat, maka pelaksanan kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien (Nurbiana Dhieni, dkk. Metode Pengembangan Bahasa : 10.4-10.7)
4.        Prinsip Umum Pemilihan Media
Dalam kegiatan pembelajaran, pemilihan media merupakan bagian dari perencanaan kegiatan pembelajaran. Secara keseluruhan, perlu disadari bahwa tidak ada suatu rumus yang berlaku mutlak untuk pemilihan media tertentu dalam suatu bidang studi tertentu. Karena sifat dari media, mungkin satu medai, cocok digunakan untuk mengajarkan mata pelajaran atau bidang studi tertentu daripada medai lain. Misalnya rekaman sangat baik untuk pelajaran bahasa, kesenian atau musik. Sedangkan peta sangat baik untuk pelajaran sejarah. Maka dari itu perlu dipertimbangkan beberapa faktor, sehingga pemilihan media dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran, berikut ini adalah prinsip-prinsip umum dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu :
a.       Kurikulum
Isi program media harus sesuai dnegan kurikulum yang berlaku, karena jika tidak sesuai akan ketinggalan zaman. Sehingga tidak akan bermanfaat bagi anak didik, walaupun media tersebut baik dan menarik.
1)      Untuk Taman Kanak-Kanak, sumber program media mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dengan cara mengaitkan antara kemampuan dasar dengan tema-tema yang berlaku menurut situasi dan kondisi atau disesuaikan dengan keadaan masing-masing sekolah.
2)      Media dapat memenuhi penguraian tentang tema-tema dan sub temanya.
b.      Tujuan instruksional yang ingin dicapai
Media yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran hendaknya harus dapat memberikan sumbangan penting bagi pencapaian tujuan belajar. Di Taman Kanak-Kanak tujuan pembelajaran ditentukan berdasarkan kemampuan yang ingin dicapai yang meliputi pembentukan perilaku dan 5 kemampuan dasar yaitu bahasa, daya fikir, daya cipta, keterampilan, dan jasmani.
c.       Ketepatgunaan
Media yang dipilih hendaknya cocok dan sesuai dengan komponen-komponen lain dalam proses pembelajaran, yaitu :
1)      Materi pembelajaran
a)      Media harus ada kesesuaian dengan materi pelajaran, artinya sesuai dengan taraf / tingkat kesulitan belajar dari mata pelajaran tersebut.
b)      Misalnya : mengenalkan uang 500 = 100 × 5
c)      Media yang dipilih harus dapat membantu pencapaian dari kemapuan tiap-tiap pengembangan kemampuan dasar. Secara rinci di perjelas dalam variabel tugas (memperjelas materi pelajaran)
2)      Media bersifat transfer of learning
Artinya apa yang anak peroleh atau pelajari dari media dapat diterapkan dalam kondisi yang baru yang dihadapi anak dalam kehidupan sehari-hari.
3)      Metode pengajaran
Media harus sesua dnegan metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Karena penggunaan media turut menentukan keberhasilan guru dalam menggunakan metode tertentu dalam mengajar.
4)      Karakteristik audience / anak didik yang belajar
Dalam memilih media perlu diperhatikan tingkat pengetahuan dan karakteristik audience. Artinya adanya ketepatan hubungan media dengan tingkat kematangan serta kemampuan anak didik sehingga dapat menimbulkan motivasi dan minat anak untuk menghafal.
5)      Situasi kondisi dan sistem pengelolaan kelas.
Pemilihan media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas serta pengelolaannya. Dalam hal ini, situasi dan kondisi yang dimaksud adalah :
a)      Keadaan sekolah (sarana prasarana, ruangan, listrik, letak geografis, dan lain-lain)
b)      Jumlah anak didik
c)      Waktu belajar
d)     Sistem pengelolaan (klasikal, kelompok, perorangan / individual)
d.      Variabel tugas (task variabel)
Dalam memilih media, kita harus tentukan jenis kecakapan yang diharapkan dari anak didik sebagai hasil pembelajaran. Dalam hal ini ada 3 macam jenis kecakapan yaitu :
1)      Kognitif : Pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis
2)      Apektif: Minat, sikap, nilai, apresiasi, dan penyesuaian gerakan
3)      Psikomotorik   : Peniruan, penggunaan konsep, ketelitian, perangkaian, dan kewajaran.
e.       Kualitas teknik media
Kualitas / mutu media hendaknya dipilih yang baik dan menarik serta mudah digunakan dan juga memadai (tidak cepat rusak). Hal ini perlu dipertimbangkan agar tidak menganggu jalannya proses pembelajaran.
Perlu dihindari sikap subjektif dalam memilih media yang digunakan artinya tidak dibenarkan memilih media tertentu dengan alasan kesenangan pribadi guru terhadap media tersebut.
5.      Fungsi Media dalam Pembelajaran
Pada awalnya, media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit serta mudah difahami. Dengan demikian, media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan refensi anak terhadap materi pembelajaran.
a)      Edgar Dale mengklasifikasikan pengalaman belajar anak mulai dari hal-hal yang paling konkrit sampai kepada hal-hal yang dianggap paling abstrak. Klasifikasi pengalaman tersebut diikuti secara luas oleh kalangan pendidik dalam menentukan alat bantu apa yang seharusnya sesuai untuk pengalaman belajar tertentu.
Penggunaan pendekatan sistem dalam lingkungan pendidikan telah menggugah para ahli pendidikan di Indonesia untuk menggunakan media sebagai bagian integral dalam program pengajaran. Oleh karena itu program media dilaksanakan secara sistematis berdasarkan kebutuhan dan karakteristik serta diarahkan pada pembahasan tingkah laku siswa yang ingin dicapai. Oleh sebab itu para ahli media telah merumuskan ciri-ciri penggunaan media dalam pendidikan. Sehingga terhimpun suatu konsepsi teknologi pendidikan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1)      Berorientasi pada sasaran atau siswa
2)      Menerapkan konsep pendekatan sistem
3)      Memanfaatkan sumber media yang bervariasi
   Sejalan dengan makin mantapnya konsepsi tersebut, fungsi media tidak lagi hanya sebagai alat peraga / alat bantu, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pengajaran terhadap siswa. Di dalam kegiatan belajar mengajar, media pendidikan / pengajaran secara umum mempunyai kegunaan untuk mengatasi hambatan dalam berkomunikasi, keterbatasan fisik dalam kelas, sikap pasif siswa serta mempersatukan pengamatan mereka.
Pada saat ini, media dalam suatu pembelajaran mempunyai fungsi sebagai berikut :
1)      Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan mebantu memudahkan mengajar bagi guru / pendidik.
2)      Memberi pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi konkrit).
3)      Menarik perhatian siswa lebih besar (dalam proses belajar tidak membosankan siswa).
4)      Semua indra murid / siswa dapat diaktifkan. Kelemahan satu indra dapat diimbangi oleh kekuatan indra yang lainnya.
5)      Lebih menarik pertahian dan minat siswa dalam belajar.
6)      Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya (Asnawar, Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran : 21-25).
6.      Prinsip Umum Penggunaan Media
Dalam mencapai tujuan pembelajaran, banyak faktor yang harus diperhatikan. Diantaranya adalah teknik penggunaan media yang benar. Sehingga media yang digunakan tidak sia-sia. Prinsip umum dalam pengunaan media dalam pembelajaran, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Tidak ada satu media yang harus digunakan dengan meniadakan yang lain.
Media yang digunakan hendaknya sesuai dengan materi yang diajarkan. Media tertentu lebih tepat digunakan dalam menyajikan satu unit pelajaran dari pada media lain. Jika tidak ada satu media dapat digunakan media lain yang mempunyai fungsi sama. Karena tidak ada satu mediapun yang dapat sesuai untuk segala macam kegiatan beljaar. Contoh : tidak ada white board, bisa menggunakan papan tulis (black board).
b.      Media harus merupakan bagian yang integral dari kegiatan belajar mengajar. Dengan media, anak didik dikembangkan kemampuan kognitifnya.
c.       Dalam menggunakan media anak didik harus dipersiapkan dan diperlakukan sebagai peserta yang aktif.
Bukan hanya guru yang aktif dan mendominasi penggunaan radio. Biarkan anak didik mengamati dan menggunakan media sehingga dapat menemukan informasi (mendapatkan ilmu pengetahuan) dari media tersebut.
d.      Penggunaan kesempatan menggunakan media yang dapat dinggapai untuk melatih perkembangan bahasa anak baik lisan / tulisan.
Media harus dapat melatih anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasannya dengan bahasanya sendiri.
e.       Secara umum perlu diusahakan penampilan yang positif daripada yang negatif.
Penggunaan media harus dapat dimengerti dengan baik dan benar. Sehingga perlu dihindari kesalahan penggunaan dari media, karena khawatir yang akan ditangkap anak adalah penampilan yang negative sehingga terjadi kesalahfahaman. Contoh : pada pencampuran warna merah dan kuning seharusnya diperoleh warna hijau, tetapi yang terjadi adalah tabung pecah.
f.       Anak didik harus ikut serta bertanggung jawab untuk apa yang terjadi selama menggunakan media.
Penggunaan media bukan untuk guru, tetapi ditujukan agar memperjelas materi yang diajarkan guru bagi anak didik. Oleh karena itu, anak didik harus ikut bertanggung jawab dalam penggunan media. Misalnya guru sebelum menggunakan media memberikan tata tertib dan langkah kerja yang jelas dan pada saat menggunakannya memberi motivasi dan memfasilitasi dengan sebaik-baiknya. Kemudian setelah menggunakan media, maka perlu sekali diadakan review, evaluasi, remedial dan resitasi.(Nurbiana Dhieni dkk, Metode Pengembangan Bahasa : 10.21 – 10.23).
7.      Langkah-Langkah Umum Penggunaan Media dalam Pembelajaran
Setelah memahami prinsip umum penggunaan media dalam pembelajaran, maka perlu diketahui langkah-langkah umum dalam penggunaan media. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Secara umum ada 3 tahap / langkah penggunaan media, yaitu :
a.       Persiapan / perencanaan, terdiri dari :
1)      Mempelajari buku petunjuk tentang media
2)      Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam penggunaan media
3)      Mengatur tatanan / susunan agar peserta didik dapat melihat, mendengar, dan memperhatikan dengan jelas
4)      Menetapkan media yang akan digunakan untuk sistem klasikal, kelompok atau individual.
b.      Pelaksanan (penyajian dan penerimaan)
1)      Dalam menggunakan media harus sesuai dengan prosedur yang berlaku dari masing-masing media (karena tiap-tiap media mempunyai cara-cara yang berbeda).
2)      Dalam menggunakan media harus menghindari hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi anak didik, diantaranya :
a)      Pnerangan yang kurang
b)      Kebisingan
c)      Kerusakan media, dan lain-lain
c.       Follow up (tindak lanjut dan evaluasi)
1)      Mengadakan berbagai kegiatan yang dapat memantapkan pemahaman anak didik terhadap pokok-pokok materi pelajaran
2)      Melakukan evaluasi terhadap media, misalnya :
a)      Resitasi / pemberian tugas
b)      Tanya jawab
c)      Karya wisata, dan lain-lain
8.       Media Juz Amma
Dalam penerapan pembelajaran hafalan surat-surat pendek dengan media “Juz Amma” ini, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya :
a.       Siswa dan guru berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran menghafal surt-surat pendek yang ada pada “Juz Amma”.
b.      Guru menyimak secara privat atau satu siswa secara bergantian, tanpa menuntun siswa dalam menghafal kecuali pada siswa yang memang mengalami kesulitan.
c.       Guru memberikan penghargaan atau sanjungan kepada siswa ketika hafalan surat-surat pendek tersebut benar, misalnya dengan kata “hebat, bagus, dan sebagainya”, dengan tuuan menambah rasa percaya diri siswa.
d.      Setelah siswa selesai menghafal surat-surat pendek dengan menggunakan “Juz Amma”, maka guru memberikan nilai yang berbentuk bintang di telapak tangan siswa sebagai hadiah atau penghargaan karena mereka sudah mau membaca, hal ini akan menambah motivasi siswa untuk lebih senang membaca.
e.       Bagi siswa yang memang sudah menguasai banyak hafalan surat-surat pendek yang terdapat dalam “Juz Amma”, dan sekiranya mampu untuk dipacu, akan menambah tiap halaman, tapi boleh diloncat-loncat.
 Penerapan hafalan dengan media “Juz Amma” ini, mempunyai manfaat khususnya bagi siswa diantaranya :
a.       Siswa tidak merasa tertekan dan terbebani dalam belajar, karena pemberian materi pembelajarannya satu persatu.
b.      bagi anak atau siswa yang cerdas, akan sangat hafal surat-surat pendek dengan media “Juz Amma”
Penggunaan media “Juz Amma” ini mempunyai tujuan diantaranya :
a         Siswa betul-betul memahami bunyi surat-surat pendek tersebut, karena hal ini akan mempermudah siswa dalam proses hafalannya.
b        siswa akan lebih antusias dalam pembelajaran membaca suku kata ini, karena ingin bersing dengan teman-temannya dalam pencapaian halaman dari “Juz Amma”, sehingga kemampuan menghafal surat-surat pendek akan cepat banyak yang dihafal.

FAKTOR PENYEBAB SULITNYA MENGHAFAL AL-QUR'AN

1.      Penyebab Kesulitan Dalam Menghafal
Kemampuan menghafal setiap manusia satu sama lain tidak sama, tidak semua orang cukup kuat ingatannya dan tidak semua orang mempunyai niat dan tekat yang kuat untuk menghafal Al Qur'an. Demikian pula anak didik kita disekolah banyak pengaruh yang diterima anak baik pengaruh intern anak maupun pengaruh luar mempunyai peranan yang sangat besar terhadap motivasi menghafal. Peran guru menjadi sangat penting untuk mampu meningkatkan motivasi menghafal Al Qur'an. Berbagai metode menghafal dapat dilakukan dan dicoba untuk dapat meningkatkan hafalan Al Qur'an anak.
Kesulitan yang timbul adalah disebabkan oleh berbagai faktor, dikelompokkan dalam dua faktor yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. faktor-faktor tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a.       Faktor Intern
1)      Bakat
Bakat merupakan anugerah Allah SWT yang diberikan kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Diantara bakat tersebut adalah menghafal yang tidak ditemukan kesamaannya pada setiap orang. Perbedaan yang dimiliki manusia adalah sunatullah yang mesti terjadi. Kita tidak mungkin menyamaratakan cara interaksi kita antara anak yang memiliki potensi dalam menghafal dengan anak yang memiliki bakat dibidang olah raga.
2)      Berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus merupakan istilah baru yang muncul di dunia pendidikan. Sebenarnya banyak diantara mereka yang memiliki kemampuan berfikir seperti anak lain namun kenyataan anak tersebut mengalami kesulitan dalam menstranfer kemampuan dasar belajar seperti mendengar (listening), atau membaca (reading), atau menulis (writing) maupun dalam matematika (calculating).
Gangguan diatas merupakan masalah pribadi yang sangat mendasar kemungkinan karena adanya gangguan fungsi pusat syaraf. Biasanya gangguan diiringi dengan adanya gangguan penglihatan, pendengaran, lambat berfikir, adanya gangguan emosional ataupun gangguan sosial.
3)      Motivasi
Perkembangan iptek yang pesat mempunyai pengaruh yang besar terhadap konsep, tekhnik dan metode pendidikan. Perkembangan tersebut menyebabkan makin luas dan kompleksnya ilmu pengetahuan. Dengan kondisi ini tidak mungkin lagi diajarkan seluruhnya di sekolah maka peran guru adalah mengajarkan bagaimana cara belajar. Menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus menerus sepanjang hidupnya. Motivasi diri terbagi dua motivasi intrinsik seperti tekat, semangat, ambisi, merupakan motif dari dalam diri. Dan motivasi ekstrinsik motivasi dari luar seperti dorongan, hadiah (reward).
b.      Faktor ekstern
1)      Kondisi dan sistem pendidikan di sekolah.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan dapat dikatakan pendidikan terlaksana dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat. Sekolah yang baik adalah sekolah yang bisa menerima dan melaksanakan masukan masyarakat secara bijaksana. Komponen ganda pendidikan sekolah yaitu masukan dari masyarakat dalam sistem pendidikan diikuti oleh hasil ganda dari sistem yang mengalir baik dalam masyarakat, dan akhirnya mempunyai dampak baik bagi masyarakat. Imam Barnadib menggambarkan kondisi ini dalam diagram berikut:
Proses pendidikan sekolah yang optimal dengan beroriantasi kebutuhan masyarakat, tentunya akan membawa hasil yang diharapkan masyarakat. Kondisi ini memungkinkan terhindarnya kesulitan yang akan terjadi selama proses belajar.
2)      Dukungan orang tua dan Masyarakat
Sekolah berada di lingkungan masyarakat dan orang tua yang saling membutuhkan satu sama lain. Kolaborasi yang aktif hendaknya dibentuk sedemikian rupa dimana masyarakat dan orang tua bisa mendukung program sekolah juga program sekolah bisa menjadi pemenuhan atas kebutuhan mereka. Hubungan tersebut digambarkan oleh Fagerlin dan Saha dalam Imam Barnadib dengan diagram berikut:
Diagram diatas menggambarkan keterkaitan hubungan mutualisme sekolah dan masyarakat orang tua dalam menyusun program sekolah. Dimana masyarakat memberikan masukan untuk perkembangan sekolah. Sekolah memberi respon masukan dalam program sekolah. Dengan kondisi demikian akan menimbulkan hubungan saling menguntungkan dan akan meningkatkan daya dukung masyarakat orang tua dan sekolah secara imbal balik.
Faktor luar seperti penerimaan dan penghargaan masyarakat terhadap para hafizh. Dengan demikian faktor ekstern (lingkungan) pun bisa menjadi faktor yang penting dalam menumbuhkan motivasi menghafal. Penerimaan masyarakat yang besar terhadap penghafal Al Qur'an akan meningkatkan semangat penghafal Al Qur'an

DEVINISI MENGHAFAL IQRO'


      Devinisi Menghafal
Dari segi kebahasaan menghafal adalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat (tidak lupa). Abu Ahmadi dan Widodo S dalam kegiatan belajar menghafal surat-surat pendek siswa menyatakan menghafal surat-surat pendek pada kenyataannya dilapangan peserta didik bisa melafalkan surat-surat pendek secara berkelompok tetapi apabila perorangan maka ada yang hafal karena ikut-ikutan sehingga apabila perorangan maka hasil yang kita dapat pasti baik tetapi apabila perorangan maka kita dapat mengambil penilaian secara obyektif dan dapat mendapat berapa persen keberhasilan dalam pembelajaran yang kita ulas.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengingat atau menghubungkan kembali perhatian siswa terhadap materi yang sudah lampau perlu dilakukan dengan harapan penguasaan atas hapalan surat-surat pendek dalam semakin kuat. Tidak lepas pula peran dan dukungan orang tua dalam aplikasi surat-surat pendek dalam kegiatan keagamaan seperti dalam sholat dan kegiatan lain tentu sangat mendukung peningkatan kemampuan menghafal surat-surat pendek yang menjadi materi hafalan.
Dengan kegiatan menghafal di rumah secara otomatis perhatian anak didik terkait langsung dengan materi hafalan surat-surat pendek di sekolah. Dan dengan kondisi anak didik dengan ketunagrahitaan dikarenakan tingkat kecerdasan diperlukan metode metode khusus agar kesulitan menghafal surat surat pendek lebih mudah, cepat dan efektif.
Dari segi kebahasaan menghafal adalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat (tidak lupa). Abu Ahmadi dan Widodo S dalam kegiatan belajar menghafal surat-surat pendek siswa menyatakan menghafal surat surat pendek pada kenyataannya dilapangan peserta didik bisa melafalkan surat surat pendek secara berkelompok tetapi apabila perorangan maka ada yang hafal karenaikut-ikutan sehingga apabila perorangan maka hasil yang kita dapat pasti baik tetapi apabila perorangan maka kita dapat mengambil penilaian secara obyektif dan dapat mendapat berapa persen keberhasilan dalam pembelajaran yang kita ulas.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengingat atau menghubungkan kembali perhatian siswa terhadap materi yang sudah lampau perlu dilakukan dengan harapan penguasaan atas hapalan surat-surat pendek dalam semakin kuat. Tidak lepas pula peran dan dukungan orang tua dalam aplikasi surat-surat pendek dalam kegiatan keagamaan seperti dalam sholat dan kegiatan lain tentu sangat mendukung peningkatan kemampuan menghafal surat-surat pendek yang menjadi materi hafalan.
Dengan kegiatan menghafal di rumah secara otomatis perhatian anak didik terkait langsung dengan materi hafalan surat-surat pendek di sekolah. Dan dengan kondisi anak didik dengan ketunagrahitaan dikarenakan tingkat kecerdasan diperlukan metode metode khusus agar kesulitan menghafal surat surat pendek lebih mudah, cepat dan efektif.
Menghafal merupakan keharusan dimana Nabi Muhammad SAW yang notebene seorang Rosul utusan Allah SWT yang menjadi panutan hidup kita, selalu menghafal dan mengingat wahyu yang sudah diturunkan melalui malaikat Jibril dari awal sampai akhir, dengan berangsur angsur. Rosulullah yang Ummi (buta huruf) menerima wahyu melalui malaikat jibril melalui mendengar apa yang disampaikannya, maka setiap menerima wahyu pasti dihafalnya. Firman Allah dalam surat Al A’laa ayat 6 -7, yang artinya :
“Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) Maka kamu tidak akan lupa. Kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi”. (QS. Al A’laa ayat 6 -7)
Dari ayat diatas tentunya kita sebagai umat nabi Muhammmad yang mengimani. Akan mencontoh beliau sebagai contoh bagi hidup kita, sekalipun mungkin kita hanya sanggup bagian kecil saja namun tetap kita berusaha meningkatkan membumikan contoh perilaku nabi dalam hidup kita. Demikian pula dalam menghafal sedikit demi sedikit harus ditingkatkan dan diperbanyak.
Rasulullah selalu menghafal Al Qur’an setiap saat, beliau pun diuji hafalannya. Dalam waktu 23 tahun Rasulullah sesuai turunnya wahyu secara berangsur angsur beliau tetap hafal. Beliau membacakan dan mengajarkan Al Qur’an kepada manusia sebagaimana yang diperintahkan. Setiap tahun sekali Rasulullah bertalaqqi dan bermusyafahah kepada Jibril untuk mengulangi hafalan Al Qur’an yang diterimanya. Dan pada tahun terakhir sebelum wafatnya Rasulullah, Jibril menghadap untuk mengecek hafalan Al Qur’an Nabi Muhammad SAW sebanyak dua kali. Pengecekan terakhir ini terkenal dengan sebutan “Urdhah Akhirah”.
Al Qur'an adalah kitab suci bagi pemeluk agama Islam, sebagai pedoman hidup dan sumber hukum. Tidak semua manusia sanggup menghafal dan tidak semua kitab suci dapat sihafal kecuali kitab suci Al Qur'an dan hamba-hamba Allah yang terpilih dan sanggup menghafalnya. Dalam surat Fathir ayat 32 Allah berfirman yang artinya:
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami”, (QS. Fathir:32)
Dari ayat-ayat diatas serta contoh amalan Rasulullah sebagai Uswatun Khasanah (contoh yang baik) umat Islam, kita dapat menarik pendapat bahwa menghafal merupakan suatu perilaku yang dicontohkan oleh Rasulullah. Serta menghafal merupakan salah satu metode belajar yang sudah ada sejak zaman Rasulullah. Tentunya metode menghafal metode yang sudah lama tetapi akan berjalan seiring perkembangan jaman dan tidak akan hilang selama manusia hidup. Sebab manusia bisa belajar berasal dari segala sesuatu yang diterima dan dihafal sebelum menjadi kecerdasan personal.

Minggu, 13 Mei 2012

DEFINISI / PENGERTIAN MODELLING

         Definisi Modelling
Istilah modeling merupakan istilah umum untuk menunjukkan terjadinya proses belajar melalui pengamatan dari orang lain dan perubahan yang terjadi karenanya melalui peniruan
Perry dan Furukawa (dalam Abimanyu dan Manrihu 1996) mendefinisikan modeling sebagai proses belajar melalui observasi dimana tingkah laku dari seorang individu atau kelompok, sebagai model, berperan sebagai rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau tingkah laku sebagai bagian dari individu yang lain yang mengobservasi model yang ditampilkan.
Bandura (1986, 1994) dalam Feist (2008 : 409) memberikan sedikit pernyataan mengenai modeling bahwa pemodelan melibatkan proses-proses kognitif, jadi tidak hanya meniru, lebih dari sekedar menyesuaikan diri dengan tindakan orang lain karena sudah melibatkan perepresentasian informasi secara simbolis dan menyimpannya untuk digunakan di masa depan.
Teknik modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang dilakukan orang model (orang lain), tetapi modeling melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggenalisir berbagai pengamatan sekalligus, melibatkan proses kognitif (Alwisol, 2009:292).
Teknik modeling ini adalah suatu komponen dari suatu strategi dimana konselor menyediakan demonstrasi tentang tingkah laku yang menjadi tujuan.
Menurut Bandura (dalam Alwisol,2009 : 292) menyatakan bahwa jenis-jenis modeling ada empat yaitu :
1.      Modeling tingkah laku baru
Melalui taknik modeling ini anak akan dapat memperoleh tingkah laku baru. Ini dimungkinkan karena adanya kemmapuan kognitif. Stimulasi tinngkah laku model ditransformasi menjadi gambaran mental dan symbol verbal yang dapat diingat dikemudian hari. Ketrampilan kognitif simbolik ini membuat orang mentransformasi apa yang didapat menjadi tingkah laku baru.
2.      Modeling mengubah tingkah laku lama
Dua macam dampak modeling terhadap tingkah laku lama. Pertama tingkah laku model yang diterima secara sosial memperkuat respon yang sudah dimiliki. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat  atau memperlemah tingkah laku yang tidak diterima itu. Bila diberi suatu hadiah maka orang akan cenderung meniru tingkah laku itu, bila dihukum maka respon tingkah laku akan melemah.
3.      Modeling simbolik
Modeling yang berbentuk simbolik biasanya didapat dari model film atau televisi yang menyajikan contoh tingkah laku yang dapat mempengaruhi pengamatnya, salah satunya seperti tayangan film anak-anak “Upin dan Ipin” yang menggambarkan kesederhanaan kehidupan di desa yang penuh tingkah laku anak-anak yang pemeran utamanya menonjolkan tingkah laku yang penuh dengan aturan ke agamaan, disini diharapkan pemirsa khususnya anak-anak yang suka meniru akan terbawa dalam tingkah laku kehariannya dan akan meninggalkan kebiasaan buruk teman yang berbuat kejelekkan.
4.      Modeling kondisioning
Modeling ini banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional. Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional yang mendapat penuatan. Muncul respon emosional yang sama di dalam diri pengamat, dan respon itu ditujukan ke obyek yang ada didekatnya saat dia mengamati model itu, atau yang dianggap mempunyai hubungan dengan obyek yang menjadi sasaran emosional model yang diamati.