Translate

Rabu, 16 Mei 2012

DEVINISI MENGHAFAL IQRO'


      Devinisi Menghafal
Dari segi kebahasaan menghafal adalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat (tidak lupa). Abu Ahmadi dan Widodo S dalam kegiatan belajar menghafal surat-surat pendek siswa menyatakan menghafal surat-surat pendek pada kenyataannya dilapangan peserta didik bisa melafalkan surat-surat pendek secara berkelompok tetapi apabila perorangan maka ada yang hafal karena ikut-ikutan sehingga apabila perorangan maka hasil yang kita dapat pasti baik tetapi apabila perorangan maka kita dapat mengambil penilaian secara obyektif dan dapat mendapat berapa persen keberhasilan dalam pembelajaran yang kita ulas.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengingat atau menghubungkan kembali perhatian siswa terhadap materi yang sudah lampau perlu dilakukan dengan harapan penguasaan atas hapalan surat-surat pendek dalam semakin kuat. Tidak lepas pula peran dan dukungan orang tua dalam aplikasi surat-surat pendek dalam kegiatan keagamaan seperti dalam sholat dan kegiatan lain tentu sangat mendukung peningkatan kemampuan menghafal surat-surat pendek yang menjadi materi hafalan.
Dengan kegiatan menghafal di rumah secara otomatis perhatian anak didik terkait langsung dengan materi hafalan surat-surat pendek di sekolah. Dan dengan kondisi anak didik dengan ketunagrahitaan dikarenakan tingkat kecerdasan diperlukan metode metode khusus agar kesulitan menghafal surat surat pendek lebih mudah, cepat dan efektif.
Dari segi kebahasaan menghafal adalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat (tidak lupa). Abu Ahmadi dan Widodo S dalam kegiatan belajar menghafal surat-surat pendek siswa menyatakan menghafal surat surat pendek pada kenyataannya dilapangan peserta didik bisa melafalkan surat surat pendek secara berkelompok tetapi apabila perorangan maka ada yang hafal karenaikut-ikutan sehingga apabila perorangan maka hasil yang kita dapat pasti baik tetapi apabila perorangan maka kita dapat mengambil penilaian secara obyektif dan dapat mendapat berapa persen keberhasilan dalam pembelajaran yang kita ulas.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengingat atau menghubungkan kembali perhatian siswa terhadap materi yang sudah lampau perlu dilakukan dengan harapan penguasaan atas hapalan surat-surat pendek dalam semakin kuat. Tidak lepas pula peran dan dukungan orang tua dalam aplikasi surat-surat pendek dalam kegiatan keagamaan seperti dalam sholat dan kegiatan lain tentu sangat mendukung peningkatan kemampuan menghafal surat-surat pendek yang menjadi materi hafalan.
Dengan kegiatan menghafal di rumah secara otomatis perhatian anak didik terkait langsung dengan materi hafalan surat-surat pendek di sekolah. Dan dengan kondisi anak didik dengan ketunagrahitaan dikarenakan tingkat kecerdasan diperlukan metode metode khusus agar kesulitan menghafal surat surat pendek lebih mudah, cepat dan efektif.
Menghafal merupakan keharusan dimana Nabi Muhammad SAW yang notebene seorang Rosul utusan Allah SWT yang menjadi panutan hidup kita, selalu menghafal dan mengingat wahyu yang sudah diturunkan melalui malaikat Jibril dari awal sampai akhir, dengan berangsur angsur. Rosulullah yang Ummi (buta huruf) menerima wahyu melalui malaikat jibril melalui mendengar apa yang disampaikannya, maka setiap menerima wahyu pasti dihafalnya. Firman Allah dalam surat Al A’laa ayat 6 -7, yang artinya :
“Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) Maka kamu tidak akan lupa. Kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi”. (QS. Al A’laa ayat 6 -7)
Dari ayat diatas tentunya kita sebagai umat nabi Muhammmad yang mengimani. Akan mencontoh beliau sebagai contoh bagi hidup kita, sekalipun mungkin kita hanya sanggup bagian kecil saja namun tetap kita berusaha meningkatkan membumikan contoh perilaku nabi dalam hidup kita. Demikian pula dalam menghafal sedikit demi sedikit harus ditingkatkan dan diperbanyak.
Rasulullah selalu menghafal Al Qur’an setiap saat, beliau pun diuji hafalannya. Dalam waktu 23 tahun Rasulullah sesuai turunnya wahyu secara berangsur angsur beliau tetap hafal. Beliau membacakan dan mengajarkan Al Qur’an kepada manusia sebagaimana yang diperintahkan. Setiap tahun sekali Rasulullah bertalaqqi dan bermusyafahah kepada Jibril untuk mengulangi hafalan Al Qur’an yang diterimanya. Dan pada tahun terakhir sebelum wafatnya Rasulullah, Jibril menghadap untuk mengecek hafalan Al Qur’an Nabi Muhammad SAW sebanyak dua kali. Pengecekan terakhir ini terkenal dengan sebutan “Urdhah Akhirah”.
Al Qur'an adalah kitab suci bagi pemeluk agama Islam, sebagai pedoman hidup dan sumber hukum. Tidak semua manusia sanggup menghafal dan tidak semua kitab suci dapat sihafal kecuali kitab suci Al Qur'an dan hamba-hamba Allah yang terpilih dan sanggup menghafalnya. Dalam surat Fathir ayat 32 Allah berfirman yang artinya:
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami”, (QS. Fathir:32)
Dari ayat-ayat diatas serta contoh amalan Rasulullah sebagai Uswatun Khasanah (contoh yang baik) umat Islam, kita dapat menarik pendapat bahwa menghafal merupakan suatu perilaku yang dicontohkan oleh Rasulullah. Serta menghafal merupakan salah satu metode belajar yang sudah ada sejak zaman Rasulullah. Tentunya metode menghafal metode yang sudah lama tetapi akan berjalan seiring perkembangan jaman dan tidak akan hilang selama manusia hidup. Sebab manusia bisa belajar berasal dari segala sesuatu yang diterima dan dihafal sebelum menjadi kecerdasan personal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar