Devinisi
Menghafal
Dari segi kebahasaan
menghafal adalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat (tidak
lupa). Abu Ahmadi dan Widodo S dalam kegiatan belajar menghafal surat-surat
pendek siswa menyatakan menghafal surat-surat pendek pada kenyataannya
dilapangan peserta didik bisa melafalkan surat-surat pendek secara berkelompok tetapi
apabila perorangan maka ada yang hafal karena ikut-ikutan sehingga apabila
perorangan maka hasil yang kita dapat pasti baik tetapi apabila perorangan maka
kita dapat mengambil penilaian secara obyektif dan dapat mendapat berapa persen
keberhasilan dalam pembelajaran yang kita ulas.
Berdasarkan
definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengingat atau
menghubungkan kembali perhatian siswa terhadap materi yang sudah lampau perlu
dilakukan dengan harapan penguasaan atas hapalan surat-surat pendek dalam
semakin kuat. Tidak lepas pula peran dan dukungan orang tua dalam aplikasi
surat-surat pendek dalam kegiatan keagamaan seperti dalam sholat dan kegiatan
lain tentu sangat mendukung peningkatan kemampuan menghafal surat-surat pendek
yang menjadi materi hafalan.
Dengan kegiatan menghafal di
rumah secara otomatis perhatian anak didik terkait langsung dengan materi
hafalan surat-surat pendek di sekolah. Dan dengan kondisi anak didik dengan
ketunagrahitaan dikarenakan tingkat kecerdasan diperlukan metode metode khusus
agar kesulitan menghafal surat surat pendek lebih mudah, cepat dan efektif.
Dari segi kebahasaan
menghafal adalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat (tidak
lupa). Abu Ahmadi dan Widodo S dalam kegiatan belajar menghafal surat-surat
pendek siswa menyatakan menghafal surat surat pendek pada kenyataannya
dilapangan peserta didik bisa melafalkan surat surat pendek secara berkelompok
tetapi apabila perorangan maka ada yang hafal karenaikut-ikutan sehingga
apabila perorangan maka hasil yang kita dapat pasti baik tetapi apabila
perorangan maka kita dapat mengambil penilaian secara obyektif dan dapat
mendapat berapa persen keberhasilan dalam pembelajaran yang kita ulas.
Berdasarkan
definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengingat atau
menghubungkan kembali perhatian siswa terhadap materi yang sudah lampau perlu
dilakukan dengan harapan penguasaan atas hapalan surat-surat pendek dalam
semakin kuat. Tidak lepas pula peran dan dukungan orang tua dalam aplikasi surat-surat
pendek dalam kegiatan keagamaan seperti dalam sholat dan kegiatan lain tentu
sangat mendukung peningkatan kemampuan menghafal surat-surat pendek yang
menjadi materi hafalan.
Dengan kegiatan menghafal di
rumah secara otomatis perhatian anak didik terkait langsung dengan materi
hafalan surat-surat pendek di sekolah. Dan dengan kondisi anak didik dengan
ketunagrahitaan dikarenakan tingkat kecerdasan diperlukan metode metode khusus
agar kesulitan menghafal surat surat pendek lebih mudah, cepat dan efektif.
Menghafal merupakan keharusan dimana Nabi Muhammad
SAW yang notebene seorang Rosul utusan Allah SWT yang menjadi panutan hidup
kita, selalu menghafal dan mengingat wahyu yang sudah diturunkan melalui
malaikat Jibril dari awal sampai akhir, dengan berangsur angsur. Rosulullah
yang Ummi (buta huruf) menerima wahyu melalui malaikat jibril melalui mendengar
apa yang disampaikannya, maka setiap menerima wahyu pasti dihafalnya. Firman
Allah dalam surat Al A’laa ayat 6 -7, yang artinya :
“Kami akan membacakan (Al Quran)
kepadamu (Muhammad) Maka kamu tidak akan lupa. Kecuali kalau Allah menghendaki.
Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi”. (QS. Al A’laa ayat 6 -7)
Dari ayat diatas tentunya kita sebagai umat nabi
Muhammmad yang mengimani. Akan mencontoh beliau sebagai contoh bagi hidup kita,
sekalipun mungkin kita hanya sanggup bagian kecil saja namun tetap kita
berusaha meningkatkan membumikan contoh perilaku nabi dalam hidup kita.
Demikian pula dalam menghafal sedikit demi sedikit harus ditingkatkan dan
diperbanyak.
Rasulullah selalu menghafal Al Qur’an setiap saat,
beliau pun diuji hafalannya. Dalam waktu 23 tahun Rasulullah sesuai turunnya
wahyu secara berangsur angsur beliau tetap hafal. Beliau membacakan dan
mengajarkan Al Qur’an kepada manusia sebagaimana yang diperintahkan. Setiap
tahun sekali Rasulullah bertalaqqi dan bermusyafahah kepada Jibril untuk
mengulangi hafalan Al Qur’an yang diterimanya. Dan pada tahun terakhir sebelum
wafatnya Rasulullah, Jibril menghadap untuk mengecek hafalan Al Qur’an Nabi
Muhammad SAW sebanyak dua kali. Pengecekan terakhir ini terkenal dengan sebutan
“Urdhah Akhirah”.
Al Qur'an adalah kitab suci bagi pemeluk agama
Islam, sebagai pedoman hidup dan sumber hukum. Tidak semua manusia sanggup
menghafal dan tidak semua kitab suci dapat sihafal kecuali kitab suci Al Qur'an
dan hamba-hamba Allah yang terpilih dan sanggup menghafalnya. Dalam surat
Fathir ayat 32 Allah berfirman yang artinya:
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada
orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami”, (QS. Fathir:32)
Dari ayat-ayat diatas serta contoh amalan Rasulullah
sebagai Uswatun Khasanah (contoh yang baik) umat Islam, kita dapat menarik
pendapat bahwa menghafal merupakan suatu perilaku yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Serta menghafal merupakan salah satu metode belajar yang sudah ada sejak zaman
Rasulullah. Tentunya metode menghafal metode yang sudah lama tetapi akan
berjalan seiring perkembangan jaman dan tidak akan hilang selama manusia hidup.
Sebab manusia bisa belajar berasal dari segala sesuatu yang diterima dan
dihafal sebelum menjadi kecerdasan personal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar