Translate

Selasa, 08 Mei 2012

PRAKTEK KETERAMPILAN BERJALAN DIATAS PAPAN TITIAN UNTUK MENINGKATKAN KESEIMBANGAN BADAN

Oleh SURIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN 2011 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini akan dibahas mengenai : a. Latar belakang Masalah b. Identifikasi masalah c. Batasan masalah d. Rumusan masalah e. Tujuan penelitian f. Manfaat penelitian dan sistematika pembahasan. A. Latar Belakang Anak usia dini, termasuk anak RAM NU 104 Paringan I, memiliki karakteristik perkembangan fisik dan psikologis yang khas, sehingga orang tua kadang-kadang belum tahu akan hal tersebut, atau tahu tetapi kurang memiliki kesempatan yang sepenuhnya untuk mendidik dan membimbing anaknya, sehingga mereka menyerahkan anaknya ke RAM NU 104 Paringan I. Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Fisik atau tubuh manusia merupakan system organ yang kopleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thomshon, 1956(Yusuf, 2002) mengemukakn bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) System syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi, (2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik, (3) kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis, dan (4) struktur fisik/ubuh yang meliputi tinggi, berta dan proposi. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoodinir antara susunan saraf, otot, otak dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya. Proses perkembangan otak manusia sepanjang rentang kehidupan yaitu usia 0-4 tahun perkembnagan otak anak menjapai 50%. Usia 5-8 tahun proses perkembangan otak manusia mencapai 80%. Usia 8-12 tahun proses perkembangan otak manusia mencapai 90%. Usia 12-18 tahun proses perkembangan otak manusia mencapai 100%. Berdasarkan fakta tersebut maka perkembangan jaringan otak manusia sekitar 80% terjadi pada usia dini. Sehingga diperlukan layanan pendidikan yang sesuai agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, atau dilakukan upaya pendidikan yang meliputi program stimulasi, bimbingan, pengasuhan, dan kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak yang diimplementasikan melalui perkembangan kurikulum. Disisi lain, pendidikan anak usia dini memandang anak sebagai individu yang utuh sehingga membutuhkan pelayanan menyeluruh yang meliputi berbagai aspek perkembangan fisik dan psikis. Secara kodrati bahwa anak sejak lahir memiliki lebih dari satu bakat, tetapi bakat tersebut bersifat potensial. Untuk itu, anak perlu diberika pendidikan yang sesuai dengan perkembangannya, pertumbuhan dan perkembangan anak akan tercapai secara optimal, apabila diciptakan situasi dan kondisi alam dan pola kehidupan sehari-hari anak. Selain itu, sangat perlu diperhatikan kodrat anak sebagai makhluk individu, sosial, dan religius. Oleh karena itu perkembangan anak usia dini berorientasi pada pendekatan berpusat pada anak (student centered). Dalam menidaklanjuti betapa pentingnya pendidikan yang harus diberikan kepada anak sejak dini, maka guru atau pendidik harus kreatif dan inovatif dalam pembelajaran diantaranya dalam pemilihan media atau sumber belajar yang tepat untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan yang maksimal karena pada hakekatnya pendidikan anak usia dini juga bertujuan untuk melejitkan semua potensi perkembangan anak ( motorik, bahasa, kognitif, sosial dan emosional ) yang mengedepankan kebebasan memilih merangsang kreatifitas dan pertumbuhan karakter ( Modul Teori Pendidikan Anak Usia Dini Universitas PGRI Ronggolawe ( UNIROW ) TUBAN, 2008 ) Pembelajaran pada anak usia dini ( PAUD ) adalah proses pembelajaran yang dilakukan melalui bermain. Ada lima karakter bermain yang esensial dalam hubungan dengan PAUD ( Hughes, 1999 ) yaitu meningkatkan motivasi, pilihan bebas ( sendiri tanpa paksaan ) non linier, menyenangkan dan pelaku terlibat secara aktif. Bila salah satu kriteria bermain tidak terpenuhi misalnya guru mendominasi kelas dengan membuatkan contoh dan diberikan kepada anak maka proses belajar mengajar bukan lagi melalui bermain. Proses belajar mengajar seperti itu membuat guru tidak sensitif terhadap tingkat kesulitan yang dialami masing – masing anak. Ketidaksensitifan orang tua terhadap kesulitan anak bisa juga terjadi alasan utama yang dikemukakan biasanya karena kurangnya waktu karena orang tua bekerja di luar rumah. Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan sesuai kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum Melalui bermain anak memperoleh dan memproses informasi belajar hal – hal baru dan melatih melalaui keterampilan yang ada . Bermain disesuaikan dengan anak dimulai dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) ke belajar sambil bermain (unsur belajar lebih besar). Permainan yang digunakan di PAUD adalah permainan yang merangsang kreativitas anak dan menyenangkan. Anak dan bermain keduanya memang tidak dapat dipisahkan. Bermain merupakan kebutuhan essensial bagi anak. Setiap hari dan setiap waktu anak bermain. Bila sehari saja anak tidak bermain, maka keceriaan dan kegembiraan mereka akan hilang. Pendidikan di RAM NU 104 Paringan I bertujuan untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan, daya cipta dan hati nurani anak didik dalam merespon dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya berdasarkan ajaran dan nilai-nilai islam, untuk itu pelayanan pendidikan di RAM NU 104 Paringan I harus sesuai dengan karakteristik dan tahapan perkembangan anak pra-sekolah dengan berlandaskan ajaran dan nilai-nilai islam. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditetapkan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Berjalan di atas papan titian dapat dilakukan dengan berbagai cara. 2. Berjalan di atas papan titian dapat dilakukan dengan berbagai teknik. 3. Berjalan di atas papan titian dapat dilakukan dengan berbagai metode. 4. Tiap – tiap metode pembelajaran berjalan di atas papan titian dapat dilakukan dengan berbagai langkah. C. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, peneliti membatasi permasalahan yang akan dibahas yaitu khusus keterampilan berjalan di atas titian dalam pembelajaran keseimbangan badan/tubuh melalui praktek. D. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : a. Apakah peningkatan keseimbangan badan anak dengan praktek keterampilan berjalan di atas papan titian kelompok A RAM NU 104 Paringan I ? b. Bagaimana penerapan berjalan di atas papan titian untuk meningkatkan keseimbangan badan anak kelompok A RAM NU 104 Parigan 1? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah suatu hal yang ingin diperoleh setelah penelitian selesai. Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah : a. Untuk meningkatkan keseimbangan badan anak dengan praktek keterampilan berjalan diatas papan titian Kelompok A RAM NU 104 Paringan I. b. Untuk mengetahui pembelajaran berjalan di atas papan titian dalam keseimbangan badan anak kelompok A RAM NU 104 Parigan 1 F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru a. Guru dapat mengetahui minat anak dalam mengikuti pembelajaran fisik motorik kasar dan menentukan cara / metode yang tepat b. Guru dapat mengembangkan pembelajaran fisik motorik kasar khususnya meningkatkan keseimbangan badan dengan cara berjalan diatas papan titian. 2. Bagi Siswa a. Dapat belajar secara aktif dapat meningkatkan kemampuan keseimbangan badan. b. Dapat memperoleh pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan serta melatih bertanggung jawab. 3. Bagi Sekolah a. Meningkatkan mutu pembelajaran fisik motorik kasar dengan cara praktek berjalan diatas papan titian. b. Dapat memotivasi para guru agar senantiasa melakukan inovasi metode pembelajaran. c. Diharapkan dengan praktek berjalan diatas papan titian peserta didik lebih tertarik dan antusias. G. Sistematika Pembahasan Bab I Pendahuluan memuat tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II Kajian pustaka terdiri dari tinjauan tentang keterampilan : pengertian keterampilan, unsur-unsur keterampilan, tinjauan tentang papan titian, arti papan titian , tinjauan tentang berjalan di atas papan titian dan tinjauan keseimbangan tubuh/bada. Bab III Metode penelitian memuat tentang rencana penelitian dan prosedur penelitian yang terdiri dari subyek penelitian, pengumpulan data, data sumber data, tempat penelitian, waktu penelitian, lama penelitian dan refleksi penelitian. Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan yang isinya tentang jabaran dari metode penelitian antara siklus satu dan siklus dua dan menjabarkan hasil penelitian maupun pembahasan mengenai berhasil atau tidaknya pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Bab V penutup mengenai tentang kesimpulan apakah selama dalam penelitian ini peneliti siklus I dan II apakah berhasil atau sebaliknya, antara siklus I ke siklus II ada peningkatan atau tidak. BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II ini akan dibahas mengenai : a. Pengertian keterampilan b. Unsur-unsur keterampilan c. Tinjauan tentang papan titian d. Arti papan titian e. Tinjauan tentang berjalan di atas papan titian f. Tinjauan keseimbangan tubuh/badan A. Tinjauan tentang Keterampilan 1. Pemahaman tentang Keterampilan Gerak Keterampilan gerak dapat dipahami batasannya dengan dua cara. Yang pertama, keterampilan dapat dilihat sebagai tugas-tugas gerak, seperti panahan, biliar, atau memahat. Dilihat dari cara ini, keterampilan dapat diklasifikasikan dengan berbagai dimensi atau menurut karakteristiknya yang menonjol. Kedua, keterampilan dapat juga dilihat dalam kaitannya dengan keadaan yang membedakan antara yang terampil dan tidak terampil. Hal ini bisa terjadi karena kebiasaan yang sudah diterima umum untuk menyatakan bahwa satu atau beberapa pola gerak atau perilaku yang diperhalus bisa disebut keterampilan, misalnya menulis, memainkan gitar atau piano, menyetel mesin, berjalan, berlari, melompat, dsb. Jika ini yang digunakan, maka kata 'keterampilan' yang dimaksud adalah sebagai kata benda. Di pihak lain, keterampilan juga bisa digunakan sebagai kata sifat, walaupun kalau hal ini digunakan, kata tersebut sudah berubah strukturnya hanya menjadi terampil. Kata ini digunakan untuk menunjukkan suatu tingkat keberhasilan dalam melakukan suatu tugas.Jika memperhatikan kondisi dari kedua hal yang digambarkan di atas,maka istilah 'keterampilan' tersebut harus didefinisikan dengan dua cara. Pertama, dengan menganggapnya sebagai kata benda, yang menunjuk pada suatu kegiatan tertentu yang berhubungan dengan seperangkat gerak yang harus dipenuhi syarat-syaratnya agar bisa disebut suatu keterampilan. Kedua, dengan menganggapnya sebagai kata sifat. Yang sudah dilakukan orang selama ini dalam kaitannya dengan istilah keterampilan baru terbatas pada penjabaran definisi dalam konteks yang terakhir. Schmidt (1991) mencoba menggambarkan definisi keterampilan tersebut dengan meminjam definisi yang diciptakan oleh E.R. Guthrie, yang mengatakan bahwa: "Keterampilan merupakan kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan kepastian yang maksimum dan pengeluaran energi dan waktu yang minimum." Sedangkan Singer (1980) menyatakan bahwa "keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisien dan efektif."Kedua definisi di atas, walaupun dinyatakan secara berbeda namun sama-sama memiliki unsur-unsur pokok yang menjadi ciri dari batasan keterampilan. Unsur-unsur itu adalah: a. Di dalam keterampilan terdapat beberapa tujuan yang berhubungan dengan lingkungan yang diinginkan, misalnya menahan posisi handstand dalam senam atau menyelesaikan umpan ke depan dalam sepakbola. Dalam pengertian ini, keterampilan dibedakan dari gerakan yang tidak mesti memiliki tujuan yang berhubungan dengan lingkungan tertentu seperti menggoyang-goyangkan jari tangan tanpa tujuan (Schmidt, 1991). b. Di dalam keterampilan pun terkandung keharusan bahwa pelaksanaan tugas atau pemenuhan tujuan akhir tersebut dilaksanakan dengan kepastian yang maksimum, terlepas dari unsur kebetulan atau untunguntungan. Jika seseorang harus melakukan suatu keterampilan secara berulang-ulang, maka hasil dari setiap ulangan itu relatif harus tetap, meskipun di bawah kondisi yang bervariasi maupun yang tidak terduga (Singer, 1980). c. Keterampilan menunjuk pada upaya yang ekonomis, di mana energi yang dikeluarkan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu harus seminimal mungkin, tetapi dengan hasil yang maksimal. Dalam hal ini Schmidt mencatat bahwa dalam beberapa tugas gerak tertentu, efisiensi tenaga ini bukanlah tujuan utama, sebab tugas gerak seperti dalam Tolak Peluru atau Sprint misalnya mengharuskan pelakunya mengerahkan tenaganya dalam takaran yang maksimal.Kaitan pengeluaran energi yang minimum berlaku dalam hal pengorganisasian gerak atau aksi yang tidak hanya dalam arti energi tubuh saja, melainkan juga menunjuk pada pengeluaran energi secara psikologis atau mental. Bergerak secara keras tetapi kaku menunjukkan pengeluaran energi tubuh yang tidak efisien. Demikian juga jika selama pelaksanaan tugas itu si pelaku merasa tegang, tertekan, atau masih memikirkan secara mendalam tentang gerakan yang dimaksud. 2. Keterampilan mengandung arti pelaksanaan yang cepat. Dalam arti penyelesaian tugas gerak itu dalam waktu yang minimum. Semakin cepat pelaksanaan suatu gerak, tanpa mengorbankan hasil akhir (kualitas) yang diharapkan, maka akan membuat terakuinya keterampilan orang yang bersangkutan. Dalam hal ini perlu dimengerti bahwa mempercepat gerakan suatu tugas akan menimbulkan pengeluaran energi yang semakin besar, di samping membuat gerakan semakin sulituntuk dikontrol ketepatannya. Namun meskipun demikian, lewat latihan dan pengalaman semua unsur yang terlibat dalam menghasilkan gerakan yang terampil perlu dikombinasikan secara serasi. 3. Keterampilan Gerak Kasar dan Keterampilan Gerak Halus. Pengklasifikasian yang terakhir dikenal dengan keterampilan gerak kasar dan keterampilan gerak halus, di mana ketepatan menjadi penentu dari keberhasilannya. Magil membatasi Keterampilan Gerak Kasar (gross motor skill) sebagai 'keterampilan yang bercirikan gerak yang melibatkan kelompok otot-otot besar sebagai dasar utama gerakannya. Dikatakan demikian karena seluruh tubuh biasanya berada dalam gerakan yang besar, menyeluruh, penuh, dan nyata (Singer, 1980; dan Malina and Bouchard, 1991).Keterampilan ini dengan demikian tidak terlalu menekankan ketepatan dalam pelaksanaannya, serta tentunya merupakan kebalikan dari keterampilan gerak halus. Berjalan, berlari, melompat, melempar, serta kebanyakan keterampilan dalam olahraga dimasukkan sebagai keterampilan gerak kasar. Namun demikian, berhasilnya penampilan keterampilan ini tetap memerlukan koordinasi gerak yang tinggi, sebab tidak ada satu pun keterampilan olahraga yang tidak disertai oleh keterampilan yang halus. Semua gerakan atau tindakan, terdiri dari sebuah kontinum antara yang halus dan yang kasar.Sedangkan Keterampilan Gerak Halus (fine motor skill) adalah keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang sukses. Biasanya, menurut Magil (1985), keterampilan ini melibatkan koordinasi neuromuscular yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya keterampilan ini. Keterampilan jenis ini sering juga disebut sebagai keterampilan yang memerlukan koordinasi mata-tangan (hand-eye12 coordination). Menulis, menggambar, dan bermain piano, adalah contohcontoh dari keterampilan tersebut. Malina (1991) menegaskan hal ini dengan mengemukakan contoh pelaksanaan lambungan bola softball (pitching) yang membutuhkan baik ketepatan dan kecepatan. Ketepatan memerlukan derajat ketelitian dan pengontrolan jari dan tangan, sedangkan kecepatan memerlukan lebih banyak gerak kasar dari lengan dan tubuh untuk memberikan daya lempar yang mencukupi. a) Keterampilan Gerak dan Keterampilan Kognitif Schmidt memasukkan terhadap klasifikasi keterampilan ini keterampilanketerampilan yang dibedakan antara keterampilan gerak dan keterampilan kognitif. Menurutnya, dalam Keterampilan gerak, penentu utama dari keberhasilannya adalah kualitas dari gerakan itu sendiri tanpa memperhatikan persepsi serta pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keterampilan yang dipilih. Contohnya dalam olahraga lompat tinggi Si pelompat tidak perlu memperhitungkan kapan dan bagaimana ia harus bertindak untuk melompati mistar, tetapi yang harus ia lakukan adalah melompat setinggi dan seefektif mungkin.Dalam keterampilan kognitif hakikat dari gerakannya tidaklah penting, tetapi keputusan-keputusan tentang gerakan apa dan yang mana yang harus dibuat merupakan hal terpenting. Contohnya, dalam olahraga catur. Bukanlah hal yang penting apakah buah catur digerakkan dengan cepat atau pelanpelan, tetapi yang penting adalah pemain mengetahui buah catur yang mana yang harus digerakkan serta ke mana digerakannya.Pendeknya, keterampilan kognitif terutama berkaitan dengan pemilihan yang harus dilakukan, sedangkan keterampilan gerak terutama berkaitan dengan bagaimana melakukannya. Ukuran ini, seperti juga yang lain, hanyalah merupakan kontinum, sebab tidak ada keterampilan yang benarbenar keterampilan kognitif atau benar-benar keterampilan gerak. Setiap keterampilan memerlukan kombinasi dari keduanya. Kebanyakan keterampilan yang nyata biasanya berada di antara kedua ujung dari 13 pengkutuban kedua keterampilan ini dan merupakan kombinasi kompleks dari pembuatan keputusan dan pelaksanaan gerakan. b) Klasifikasi Keterampilan: Perspektif Penguasaan Penampilan Kita dapat juga mengklasifikasikan keterampilan dari sudut keadaan yang membedakan antara penampil terampil dan penampil yang kurang terampil. Banyak kualitas dari penampilan terampil yang dapat dipertimbangkan, terutama dengan mengajukan definisi yang dikemukakan oleh ahli psikologi E.R. Guthrie, yang mencakup tiga keadaan penting. Menurut Guthrie, keterampilan adalah kemampuan untuk membawa hasil akhir dengan kepastian yang maksimum dan pengeluaran energi yang minimum dan dalam hal waktu yang juga minimum.Ketika kita berbicara tentang keterampilan gerak, kita menyinggung tentang gerakan yang ditampilkan dengan tujuan lingkungan yang diinginkan dalam pikiran, seperti menahan posisi handstand dalam senam atau memegang makanan dengan tangan buatan. Gerakan yang tidak memiliki tujuan lingkungan tertentu, bukanlah keterampilan. Seseorang yang lebih baik penguasaannya dalam mencapai tujuan gerak tertentu biasanya menunjukkan satu atau lebih kualitas yang disebut oleh Guthrie, yaitu kepastian yang maksimum, pengeluaran energi yang minimum, serta waktu tempuh yang juga minimum. c) Kepastian Maksimum dari Pencapaian Tujuan Salah satu kualitas dari penguasaan keterampilan adalah kepastian gerakan. Untuk menjadi “terampil” berarti bahwa seseorang harus dapat memenuhi tujuan penampilan atau hasil akhirnya dengan kepastian yang maksimum. Sebagai contoh, banyak orang mampu melemparkan anak panah dart ke titik tengah lingkaran target. Tetapi aksi itu sendiri tidak memastikan bahwa orang-orang tersebut bisa disebut pemain terampil. Bagi mereka, hasil seperti itu bisa jadi merupakan lemparan keberuntungan setelah ratusan kali lemparan yang gagal. Hanya pemain yang dapat melakukan lemparan berulang kali dengan hasil akhir yang selalu pastilah yang pantas disebut pemain14terampil. Di dalamnya tidak ada hasil yang sifatnya untung-untungan. Itulah sebabnya mengapa publik selalu mengagumi atlet juara yang, dalam waktu yang sangat kritis dan kesempatan yang sekali-kalinya, dapat menghasilkan aksi terampil yang menghasilkan skor dan merubah kemenangan bagi tim. d) Pengeluaran Energi Minimum Kualitas kedua dari penguasaan keterampilan adalah meminimalkan dan kadang bermakna memelihara energi yang diperlukan pada penampilan. Untuk beberapa keterampilan, penghematan tentu energi bukan tujuan utama, karena aksi seperti tolak peluru misalnya, justru diperlukan adanya pengeluaran energi yang benar-benar maksimal untuk memperoleh jarak tolakan yang juga maksimal. Tetapi untuk banyak keterampilan lainnya, meminimalkan pengeluaran energi berarti pengurangan atau penghilangan gerakan yang tidak diharapkan. Karakeristik ini benar-benar diperlukan untuk penampil yang harus menghemat energi untuk mencapai sukses. Contohnya adalah para atlet triatlon atau pegulat yang dalam saat-saat menjelang akhir harus Pemahaman tentang penghematan energi juga mengindikasikan bahwa pemain yang terampil dapat mengatur gerakannya dengan cara mengurangi keterlibatan pemikiran dalam pelaksanaan gerakan. Pemain yang menghasilkan gerakan secara otomatis dapat mengarahkan konsentrasi dan perhatiannya pada aspek lain seperti strategi atau taktik bertanding. Meminimalkan pengeluaran energi pada gerakan merupakan tujuan penting bagi penguasaan keterampilan melalui otomatisasi gerakan sebagai hasil dari latihan. e) Waktu Gerakan yang Minimum Kualitas ketiga dari penguasaan keterampilan adalah berkurangnya waktu (meningkatnya kecepatan) pada saat gerakan dilakukan. Banyak atlet seperti sprinter, perenang, dan pembalap yang menetapkan tujuan dari pelatihannya adalah mengurangi waktu tempuh dari pelaksanaan aksinya. Semakin sedikit waktu yang digunakan, maka semakin cepat pelaksanaan gerakannya, yang untuk beberapa 15cabang benar-benar menentukan tingkat keberhasilannya. Oleh karena itu, peningkatan keterampilan dari cabang olahraga yang bersangkutan termasuk juga di dalamnya penambahan unsur kecepatan sebagai upaya meminimalkan waktu. f) Konsep dalam Keterampilan Motorik (1) Perbedaan Individual Pada bagian awal tentang faktor pribadi dikatakan bahwa setiap individu memiliki perbedaan dalam banyak hal dengan individu lainnya. Pengalaman kita sehari-hari dan penyelidikan secara empirik pun menyatakan hal yang sama tentang hal ini: bahwa individu memang berbeda-beda. Ambilah entah dari lingkungan kita sendiri, baik dalam lingkungan bermain maupun dalam lingkungan sekolah, kita akan segera dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan itu jika kita membandingkan kemampuan kita dengan kemampuan seseorang lainnya. Ada orang yaivg mampu berlari cepat, ada juga yang lambat, atau ada orang yang belajar gerak dengan cepat, ada juga yang nampak mengalami kesulitan.Singer (1980) menyatakan bahwa sumber perbedaan dalam hal keterampilan tersebut bisa bermacam-macam. Hal itu bisa karena berbeda dalam hal fisik, kemampuan (abilities), gaya belajar, sikap, emosi, serta pengalaman-pengalaman masa lalu yang memiliki kaitan dengan tugas yang dipelajari. Kesemua faktor tadi memang saling berhubungan dan memberikan sumbangannya sendiri-sendiri terhadap penguasaan keterampilan. (2) Kemampuan dan Keterampilan Karena kita sedang berhubungan dengan pembelajaran gerak, perbedaan individual yang akan dibahas pun lebih ditekankan pada aspek yang berhubungan langsung dengan gerak itu sendiri. Salah satu hal yang paling sering disinggung, dan akan demikian untuk seterusnya, adalah faktor kemampuan (ability).Kemampuan sering dianggap sebagai suatu hal yang mendasari terbentuknya keterampilan dari seseorang. Namun demikian, cukup sulit untuk menyatakan apakah sebenarnya kemampuan, dan apa bedanya kemampuan 16 dengan keterampilan? Bahkan dalam percakapan sehari-hari para insan olahraga pun, kedua istilah ini sering dipergunakan secara bergantian, tanpa mereka menjelaskannya lebih lanjut apa sebenarnya perbedaan dan persamaan yang mendasarinya. Para ahli seperti Singer (1980), Fleishman (1972), serta Schmidt (1991) menyatakan bahwa kemampuan dan keterampilan harus dibedakan dalam pengertiannya. Kemampuan diartikan sebagai ciri individual yang diwariskan dan relatif abadi yang mendasari serta mendukung terbentuknyaketerampilan (Schmidt, 1991). Sedangkan keterampilan mengacu secara spesifik pada tugas tertentu serta dicapai dengan adanya latihan serta pengalaman (Singer, 1980).Demikian juga apa yang dimaksud dengan kemampuan gerak (motor ability) yang pastilah berbeda makna dengan keterampilan gerak atau olahraga. Kemampuan gerak menurut Singer (1980) adalah keadaan segera dari seseorang untuk menampilkan berbagai variasi keterampilan gerak, khususnya dalam kegiatan olah raga.Dengan demikian, kemampuan gerak (motor ability) itu banyak macamnya, tidak hanya terbatas pada sesuatu yang berhubungan langsung dengan keterampilan dalam bidang olahraga. Kemampuan itu bisa dibedakan dari mulai ketajaman visual dan melek warna, konfigurasi tubuh, kemampuan numerik, kecepatan reaksi, ketangkasan manual, kepekaan kinestetis, dan banyak lagi, yang sebagian darinya melibatkan aspek-aspek persepsi dan pembuatan keputusan, sedangkan yang lain melibatkan pengorganisasian dan perencanaan gerak (Schmidt, 1991).Kemampuan-kemampuan tersebut bisa berbeda-beda potensinya pada setiap orang. Itulah alasannya mengapa seseorang bisa berbeda dalam hal keterampilannya dari orang yang lainnya. Pada sebagian orang salah satu kemampuan (misalnya ketajaman visual) bisa lebih kuat dari kemampuan lainnya. Begitu juga antara orang yang satu dengan yang lainnya, kemampuankemampuan itu bisa berbeda takarannya.Penelitian dalam bidang kemampuan motorik telah dilakukan banyak orang. Salah satu studi yang paling bisa diterima dalam mengungkapkan kemampuan 17 kemampuan itu adalah Fleishman, yang mencoba membedakan antara motor ability dengan kemampuan kecakapan fisik (physical proviciency abilities). Menurut Fleishman (dalam Schmidt, 1991 dan Singer, 1980), kemampuan gerak terdiri dari: (a) kecermatan kontrol (control precision): terutama melibatkan gerakangerakan yang dikontrol otot besar. (b) Koordinasi anggota badan (multilimb coordination): koordinasi bersamaan dari gerakan-gerakan sejumlah anggota badan. (c) Orientasi ruang (response orientation): pemilihan respons yang benar (diskriminasi visual), tanpa memperhatikan ketepatan dan koordinasi. (d) Waktu reaksi (reaction time): kecepatan merespons suatu stimulus. (e) Kontrol kecepatan (rate oontrol): penyesuaian gerak secara antisipatif yang terus menerus pada tanda-tanda keadaan yang berubah-ubah. (f) Kecepatan gerakan lengan (speed arm movement). kecepatan di mana ketepatan tidak penting. (g) Ketangkasan manual (manual dexterity): manipulasi objek-objek besar di bawah kondisi kecepatan. (h) Ketangkasan jemari (finger dexterity): manipulasi objek-objek kecil dengan ketepatan dan kontrol. (i) kestabilan lengan-tangan (arm-hand steadiness): pengontrolan geraklengan dan tangan, baik ketika tanpa berpindah tempat maupun pada saat berpindah. (j) Kecepatan pergelangan-jari (Wrist-finger speed): kegiatan menepuk atau mengetuk. (k) Kepekaan kinestetik (kinesthetic sensitivity): menyangkut kepekaan untuk (l) menyadari posisi anggota tubuh dalam hubungannya dengan posisi tubuh. Sedangkan dalam kaitannya dengan penampilan olahraga dan kerja fisik lainnya, yang diperlukan adalah kemampuan kecakapan tubuh, yang antara lain disebutnya sebagai:18 (1) kekuatan statis, (2) kekuatan dinamis, (3) kekuatan eksplosif, (4) kekuatan torso, (5) kelentukan yang luas, (6) keletukan dinamis, (7) koordinasi tubuh, (8) koordinasi anggota tubuh, dan (9) stamina. Karena dipandang sangat beragam dan tidak pastinya pengidentifikasian kemampuan gerak ini, maka Singer lebih menyukai memilih empat kemampuan yang bersifat lebih langsung hubungannya dengan keterampilan olahraga, yaitu: koordinasi, kinestetis, keseimbangan, dan kecepatan gerak. Koordinasi dianggap sebagai kemampuan untuk mengontrol bagian-bagian tubuh yang terpisah yang terlibat di dalam suatu pola gerakan yang kompleks dan menyatukan bagianbagian tersebut dalam upaya yang tunggal, halus dan berhasil untuk mencapai tujuan. kinestetis atau disebut juga poprioceptif umumnya menunjuk pada kemampuan indera untuk memberikan informasi tentang posisi tubuh dalam ruang dan hubungannya dengan bagian-bagian tubuhnya. Keseimbangan adalah kemampuan untuk memelihara posisi tubuh. Karena posisi tubuh bisa berubahubah, maka kemampuan dalam menjaga posisinya ini dibedakan antara keseimbangan statis (pada saat diam) dan keseimbangan dinamis (pada saat badan bergerak). Sedangkan kecepatan gerak adalah kemampuan untuk memindahkan tubuh atau anggotanya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. 4. Pola Gerak dan Keterampilan Lalu apakah perbedaan antara pola gerak dan keterampilan? Pada setiap kesempatan sering kita dengar bahwa kedua istilah itu dipertukarkan untuk menunjuk pada hal yang sama. Untuk lebih mempertanggungjawabkan keabsahan dari penggunaannya maka kedua 19 istilah tersebut perlu dibedakan dalam pengertiannya.Gerakan kadang-kadang digambarkan dalam konteks pola dan gerakan-gerakan yang dilibatkan dalam menampilkan suatu tugas tertentu. Tekanannya adalah pada gerakan-gerakan yang menyusun tugas gerak tertentu. Dalam hal ini apa yang menjadi dasar penamaan pola gerak sama dengan keterampilan, tetapi keterampilan lebih menekankan pada ketepatan, ketelitian, dan keefisienan penampilannya. Dengan kata lain, pola gerak menunjuk pada konsep yang umum, sedangkan keterampilan gerak lebih terkhususkan.Barbara Godfrey dan Newell Kephart (1969) seperti dikutip Singer (1980) berusaha menerangkan lebih mendetil tentang perbedaan kedua isu gerak ini. Menurut mereka, keterampilan gerak lebih berupa kegiatan yang dibatasi dalam keluasannya dan melibatkan suatu gerakan tunggal atau sekelompok kecil gerak tertentu yang ditampilkan dengan tingkat ketepatan dan kecermatan yang tinggi. Sedangkan pola gerak merupakan kelompok gerak yang lebih luas atau merupakan beberapa seri aksi gerak yang ditampilkan dengan tingkat ketepatan yang lebih kecil. Pada keterampilan, gerakannya terbatas tetapi akurasinya sangat ditekankan, sedangkan pada pola gerak, gerakan ditekankan tetapi ketepatannya dibatasi.Sebagai contoh dari pola gerak adalah locomotor. Pelaku bebas memilih dari sekian aksi gerak; apakah mau berjalan, berlari, atau melompat, untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Berjalan memang merupakan sebuah keterampilan yang dikembangkan dengan lebih baik lagi dari sekedar bisa berjalan. Untuk bisa mengatakan berjalan sebagai keterampilan, tentunya seseorang harus melatihnya sedemikian rupa sehingga berjalannya bisa dilakukan secara baik, tepat, dan efisien. Pada dasarnya keterampilan merupakan penghalusan gerak dari pola-pola gerak dasar. 5. Pengertian Keterampilan . Keterampilan adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar. Dalam hal ini, pembelajaran keterampila dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siwa menjadi cekat, cepat, dan tepat melalui pelajaran kerajinan dan teknologi rekayasa dan teknologi pengolahan. Perilaku terampil ini dibutuhkan dalam keterampilan hiup manusia di masyarakat. Melihat uraian tersebut, secara subtansi bidang keterampilan engandung kinerja kerajinan dan teknologis. Istilah kerajinan berangkat dari kecakapan melaksankan, mengolah dan menciptakan dengan dasar kinerja Psychootor skill. Maka keterampilan kerajinan berisi kerajnan tangan membuat (creation with innovation) benda pakai dan atau fungsional berdasarkan asas form follw function. Keterampilan Teknologi terdiri dari Rekayasa (Enginering) dan Teknologi Pengolahan. Teknologi Rekayasa berisi keterampilan menuaraikan dan menyusuri kembali hasil teknologi seperti otomotif, elektronika, ketukangan, maupun mesin. Keterampilan Teknologi Pengolahan yaitu keterampilan mengubah fungsi, benuk, sifat, kualitas bahan maupun perilaku obyek. Materi ini berisis teknologi bahan pangan, teknologi pengolahan tanaan. Schmidt (1991) mencoba menggambarkan definisi keterampilan tersebut dengan meminjam definisi yang diciptakan oleh E.R.Guthrie, yang mengatakan bahwa keterampilan merupakan kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan kepastian yang maksimum dan pengeluaran energi dan waktu yang minimim sedangkan Singer (1990) menyatakan bahwa keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisien dan efektif. 6. Unsur-unsur Keterampilan a. Di dalam keterampilan terdapat beberapa tujuan yang berhubungan dengan lingkungan yang diinginkan, misalnya menahan posisi handstand dalam senam atau menyelesaikan umpan ke depan dalam sepakbola. Dalam pengertian ini, keterampilan dibedakan dari gerakan yang tidak mesti memiliki tujuan yang berhubungan dengan lingkungan tertentu seperti menggoyang-goyangkan jari tangan tanpa tujuan (Schmidt, 1991). b. Di dalam keterampilan pun terkandung keharusan bahwa pelaksanaan tugas atau pemenuhan tujuan akhir tersebut dilaksanakan dengan kepastian yang maksimum, terlepas dari unsur kebetulan atau untung-untungan. Jika seseorang harus melakukan suatu keterampilan secara berulang-ulang , maka hasil dari setiap ulangan itu relatif harus tetap, meskipun di bawah kondisi yang bervariasi maupun yang tidak terduga (Singer, 1980) c. Keterampilan menunjuk pada upaya yang ekonomis, di mana energi yang dikeluarkan untuk melaksanakn suatu tugas tertentu harus seminimal mungkin, tetapi dengan hasil yang maksimal. d. Ketermapilan mengandung arti pelaksanaan yang cepat, dalam arti penyelesaian tugas gerak itu dalam waktu yang minimum. Semakin cepat pelaksanaan suatu gerak, tanpa mengorbankan hasil akhir (kualitas) yang diharapkan, maka akan membuat terakuinya keterampilan orang yang bersangkutan. Johnson (dalam Singer, 1980) mengidentifikasikan adanya empat aspek atau variabel yang mencirikan keterampilan. Keempat aspek itu adalah kecepatan, akurasi, bentuk dan kesesuaian. Artinya pertama, keterampilan harus ditampilkan dalam batasan waktu tertentu, yang menunjukkan bahwa semakin cepat semakin baik. Kedua keterampilan harus menunjukkan akurasi yang tinggi sesuai dengan yang ditargetkan. Ketiga keterampilan pun harus dilaksanakan dengan kebutuhan energi yang minimal (form atau bentuk menunjuk pada usaha yang ekonomis). Dan terakhir keterampilan pun harus juga adaptif, yaitu tetap cakap meskipun di bawah kondisi yang berbeda-beda. B. Tinjauan tentang Berjalan 1. Arti Berjalan Disini berjalan merupakan bagian dari kegiatan yang dipengaruhi fisik. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerkana tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau itu sendiri. Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak. Sehigga setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga.(Curtis, 1998, Hurlock, 1957 dalam Yususf 2002). 2. Pengertian Papan Titian Papan Titian terdiri dari dua kata papan dan titian. Papan berarti sebuah kayu atau besi bahkan berupa batu dan sebagainya yang lebar dan tipis. Misalnya : Rumah panggung itu lantainya terbuat dari sebuah kayu jati. ( http://www.kamusbesar.com/28695/) SedangkanTitian artinya jembatan kecil atau sebatang kayu, papan, dan sebagainya yang dilintangkan di atas sungai . Jadi papan titian adalah sebuah kayu atau batu bahkan bisa besi yang berbentuk lebar dan tipis yang dilintangkan di atas sungai, dipergunakan untuk menyeberangi jalan. Contoh : orang–orang terpaksa menyeberangi melaluhi papan titian itu karena jembatan rusak. (http://www.kamusbesar.com/41354/titian) 3. Langkah-langkah berjalan di atas titian adalah a. Kedua tangan di rentangkan ke samping untuk mengatur keseimbangan tubuh. b. Kaki kanan naik di atas papan titian. c. Kaki kiri sementara untuk mengimbangi atau mengatur berat badan. d. Kalau posisi tubuh sudah seimbang baru kaki kiri ditapakkan/diletakkan di depan kaki kanan tepat pada papan titian. e. Kemudian kaki kanan mulai melangkah ke depan pelan-pelan . f. Kalau keseimbangan badan sudah stabil ganti kaki kiri yang dilangkahkan dan seterusnya secara bergantian sampai ketitik tujuan. C. Pengertian Keseimbangan Tubuh/Badan Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi. Menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu meurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statis atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal. Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relative untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadapa bidang tumpu (base of support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk berkativitas secara efektif dan efisien dalam pembelajaran-ketrampilan. ( http://saifulmmuttaqin.blogspot.com/2008/01/.html) Keseimbangan terbagi atas dua keolompok, yaitu keseimbangan statis yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri di atas papan keseimbangan), keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak . Keseimbangan merupakan interaksi yang komplek dari integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual ). dalam pembelajaran ketrampilan(http://saifulmmuttaqin.blogspot.com/2008/01/.htm) 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan a) Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG) Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan menistribusikan massa tubuh secara merata. Bila manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua. Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat badan. b) Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG) Gars gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertical melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh. c) Bidang Tumpu (Base of support-BOS) Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabitas. 2. Keseimbangan Berdiri. Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa tubuh (Center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lain(misal melangkah). Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (Visual, vestibular dan somatosensoris)central processing dan efektor. Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan sarafpusat untuk respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit, di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri satatic maupun dinamik. Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk merealisasi renpon yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari unsurlingkup gerak sendi, kekuatan otot, aligment sikap, serta stamina. Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin . pada saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan enghitung gerakan yang menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari bidang tumpu. Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dn mata menatap ke epan. Walupun posisi ini dapat dikatakn sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan segera bergantian posisi untuk mencegah kelelahan. dalam pembelajaran-ketrampilan. ( http://saifulmmuttaqin.blogspot.com/2008/01/.html) 3. Fisiologi Keseimbangan Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah : menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak. Aparatus vestibularis terdiri dari dua set struktur yang terletak di dalam tulang temporalis dekat koklea yaitu kanalis semisirkularis dan organ otolit (sakulus dan utrikulus). Fungsi dari apparatus vestibularis adalah untuk memberikan informasi yang penting untuk sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan ± gerakan kepala dengan gerakan mata dan postur tubuh. Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe sehingga kupula ikut bergerak. Selain itu, adanya Akselerasi atau deselerasi juga akan menimbulkan endolimfe mengalami kelembaman dan tertinggal bergerak ketika kepala mulai berotasi sehingga berlawanan dengan arah gerakan kepala ( contoh seperti efek membelok dalam mobil). Hal ini juga menyebabkan kupula menjadi condong ke arah berlawanan dengan arah gerakan kepala dan sel ± sel rambut di dalam kupula ikut bergerak bersamaan dengan kupula. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama maka endolimfe yang awalnya diam tidak ikut bergerak (lembam) akan menyusul gerakan kepala dan sel rambut ± rambut akan kembali ke posisi tegak. Ketika kepala melambat dan berhenti akan terjadi hal sebaliknya. Sel rambut pada aparatus vestibularis terdiri dari satu kinosilium dan 20- 50 streosilia. Pada saat streosilia bergerak searah dengan kinosilium akan meregangkan tip link , yang menghubungkan streosilia dengan kinosilium. Tip link yang teregang akan membuka saluran ± saluran ion gerbang mekanis di sel ± sel rambut sehingga akan menyebabkan Ca2+ dan K+ masuk ke dalam sehingga terjadi depolarisasi sedangkan pada saat streosilia bergerak berlawanan arah dengan kinosilium maka tip link tidak teregang dan saluran-saluran ion gerbang mekanis di sel-sel rambut akan tertutup sehingga akan menyebabkan Ca2+ dan K+ tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga terjadi hiperpolarisasi. Sel rambut akan bersinaps pada ujung saraf aferen dan akan masuk ke dalam saraf vestibular. Saraf ini akan bersatu dengan saraf koklearis menjadi saraf vestibulokoklearis dan akan dibawa ke nukleus vestibularis di batang otak. Dari nukleus vestibularis akan ke serebellum untuk pengolahan koordinasi, ke neuron motorik otot ± otot ekstremitas dan badan untuk pemeliharaan keseimbangan dan postur yang diinginkan, ke neuron motorik otot ± otot mata untuk control gerakan mata, dan ke SSP untuk persepsi gerakan dan orientasi. Pada sakulus dan utrikulus, sel ± sel rambut di organ otolit ini juga menonjol ke dalam satu lembar gelatinosa diatasnya, yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan perubahan potensial di sel tersebut. Proses ini sama dengan paa kanalis semisirkularis hanya saja pada sakulus dan utrikulus terdapat otolith yang mengakibatkan gerakan akan menjadi lebih lembam.Utrikulus berfungsi dalam posisi vertikal dan horizontal sedangkan sakulus berfungsi dalam kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal. Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah : a. Sistem informasi sensoris Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris. 1) Visual Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang. Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. 2) Sistem vestibular Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri. Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural 3) Somatosensoris Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus. Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang. a. Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response synergies) Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh. Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu. b. Kekuatan otot (Muscle Strength) Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik. Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh. c. Adaptive systems Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan. d. Lingkup gerak sendi (Joint range of motion) Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab III ini akan dibahas mengenai : a. Rencana penelitian yang terdiri dari subyek penelitian, pengumpulan data, data sumber data, tempat penelitian, waktu penelitian, lama penelitian dan refleksi penelitian. b. Prosedur Penelitian yang terdiri dari dua siklus yang masing-masing memuat tentang perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. A. Rencana Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di RAM NU 104 Parigan 1 RT/RW I/II Desa Paringan Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo. . Gambar 1 Profil sekolah RAM NU 104 Parigan 1 Jenangan Ponorogo 2. Subyek Penelitian. Subyek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelompok A jumlah 20 anak terdiri dari 8 anak laki – laki dan 12 anak perempuan. 3. Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu bulan Pebruari sampai dengan bulan Maret 2011. 4. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dengan metode sebagai berikut : a. Metode Observasi. Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala – gejala yang diselidiki. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses pembelajaran keseimbangan badan yang menggunakan praktek berjalan di atas papan titian. b. Metode Interview. Interview adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dengan dua orang lebih, bertatap muka, mendengarkan langsung Informasi atau keterangan. Interviu digunakan untuk mengumpulkan data tentang mengenai keadaan siswa serta hasil Peningkatan keseimbangan badan dalam Keterampilan berjalan di atas titian . c. Metode Dokumentasi. Dokumentasi adalah catatan atau rekaman muapun informasi mengenai gambaran umum yang sedang diteliti. Dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses pembelajaran keseimbangan badan yang menggunakan praktek berjalan di atas titian. Metode dokumenter adalah “suatu penyelidikan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu ditulis melalui sumber-sumber dokumen”. (winarno Surachmad 1978 : 113) Metode documenter ini digunakan untuk memperoleh data mengenai kondisi guru baik ditunjau dari pengalaman pendidikan, jurusan yang ditempuh ketika sekolah dan lamanya mengajar. Metode ini juga digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan siswa, sarana atau alat-alat yang tersedia di RAM NU 104 Paringan I Jenangan Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011. d. Metode Angket Metode angket adalah “suatu metode pengumpulkan data dengan menggunakan daftar pertanyaan kepada reponden yang teliti.” (Winarno Surahmad 1978 : 116) Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket berstruktur, yaitu angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai alternatif jawabannya. Hal ini untuk mempermudah dalam pengelompokkan dan menganalisis data tentang teknik pengajaran, kesan-kesan, siswa terhadap guru, problem guru dalam mengajar, faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam peningkatan kualitas guru di RAM NU 104 Paringan I Jenangan Ponorogo. 5. Data Refleksi. Dalam penelitian ini dilakukan pada siklus I tentang keterampilan berjalan di aas papan titian pada keseimbangan badan apabila belum berhasil maka dilanjutkan dengan tindakan siklus 2. B. Prosedur Penelitian. 1. Rancangan Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan prosedur sebagai berikut : a. Perencanaan. b. Pelaksanaan Tindakan. c. Pengamatan / Evaluasi. d. Analisis Hasil dan Refleksi. 2. Langkah – langkah Penelitian. a. Siklus 1 1) Perencanaan. Persiapan yang dilakukan untuk penelitian tindakan kelas ini adalah : a) Guru menyuruh anak-anak untuk masuk kelas dan berdoa b) Guru mempersiapkan satuan kegiatan harian c) Guru mengabsen anak-anak d) Menyiapkan bahan, alat dan media gambar e) Menyiapkan tes pra siklus f) Guru menuliskan indikator yang akan diapresiasikan 2) Pelaksanaan Tindakan. Dalam penerapan yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas ini adalah : a) Anak diberi penjelasan tentang berjalan diatas papan titian untuk menjaga keseimbangan badan b) Anak diberi kedalam kelompok-kelompok berdasarkan umur dan jenis kelamin c) Peneliti memberikan penjelasan tentang upaya meningkatkan berjalan diatas papan titian dalam menjaga keseimbangan badan pada pembelajaran yang akan dilaksanakan d) Peneliti membagi tugas kepada setiap kelompok e) Peneliti melakukan observasi dan membimbing kegiatan kelompok. 3) Pengamatan / Evaluasi. a) Pengamatan dilaksanakan kepada putra putri RAM NU 104 Paringan 1 Jenangan Ponorogo baik di dalam maupun di luar kelas. b) Pengamatan dilakukan langsung kepada anak dan lembar observasi guru. c) Pengamatan dilakukan kepada anak berupa angket yang di bagikan kepada wali murid. d) Tumbuhnya ide, semangat, motivasi , minat , antusias, lincah dalam setiap gerakan . e) Terbukti pada nilai uji terdapat peningkatan pada tiap siklus secara signifikan 4) Analisis Hasil dan Refleksi. Pada akhir siklus diadakan refleksi dan analisa terhadap hasil – hasil yang diperoleh sebagai berikut : a) Perubahan sikap yang terjadi pada siswa dengan mendiskripsikan . b) Pada proses pembelajaran maupun sesudah pembelajaran. c) Data hasil dari lembar observasi guru dan angket yang dibagikan kepada wali murid. d) Perbandingan hasil yang dicapai tiap – tiap siklus. e) Anak semakin banyak ide. f) Anak semakin lincah melakukan gerakan. g) Anak semakin cepat dan mampu melompat dengan baik . b. Siklus 2 1) Perencanaan. Persiapan yang dilakukan untuk penelitian tindakan kelas ini adalah : a) Guru menyuruh anak-anak untuk masuk kelas dan berdoa b) Guru mempersiapkan satuan kegiatan harian c) Guru mengabsen anak-anak d) Menyiapkan bahan, alat dan media gambar e) Menyiapkan tes pra siklus f) Guru menuliskan indikator yang akan diapresiasikan 2) Pelaksanaan Tindakan. Dalam penerapan yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas ini adalah : a) Anak diberi penjelasan tentang berjalan diatas papan titian untuk menjaga keseimbangan badan b) Anak diberi kedalam kelompok-kelompok berdasarkan umur dan jenis kelamin c) Peneliti memberikan penjelasan tentang upaya meningkatkan berjalan diatas papan titian dalam menjaga keseimbangan badan pada pembelajaran yang akan dilaksanakan d) Peneliti membagi tugas kepada setiap kelompok e) Peneliti melakukan observasi dan membimbing kegiatan kelompok. 3) Pengamatan / Evaluasi. a) Pengamatan dilaksanakan kepada putra putri RAM NU 104 Parigan 1Jenangan Ponorogo baik di dalam maupun di luar kelas. b) Pengamatan dilakukan langsung kepada anak dan lembar observasi guru. c) Pengamatan dilakukan kepada anak berupa angket yang di bagikan kepada wali murid. d) Tumbuhnya ide, semangat, motivasi , minat , antusias, lincah dalam setiap gerakan . e) Terbukti pada nilai uji terdapat peningkatan pada tiap siklus secara signifikan 4) Analisis Hasil dan Refleksi. Pada akhir siklus diadakan refleksi dan analisa terhadap hasil – hasil yang diperoleh sebagai berikut : a) Perubahan sikap yang terjadi pada siswa dengan mendiskripsikan . b) Pada proses pembelajaran maupun sesudah pembelajaran. c) Data hasil dari lembar observasi guru dan angket yang dibagikan kepada wali murid. d) Perbandingan hasil yang dicapai tiap – tiap siklus. e) Anak semakin banyak ide. f) Anak semakin lincah melakukan gerakan. g) Anak semakin cepat dan mampu melompat dengan baik . 5) Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari proses pelaksanaan siklus 1 sampai siklus 2 masih berupa data mentah dan harus menggunakan teknik untuk mengolahnya. Agar orang lain mampu membaca dan mengerti maksud data tersebut untuk mengolah data tersebut peneliti menggunakan analisis statistik. Sutrisno Hadi mengemukakan “ Teknik metode statistik berarti cara – cara ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan data, menyusun, menyajikan dan menganalisisnya yang berwujud angka. Lebih dari pada itu statistik diharapkan dapat menyediakan dasar- dasar yang dapat di pertanggung jawabkan untuk menarik kesimpulan - kesimpulan yang benar dan keputusan – keputusan yang baik ( 1998 : 221 ). Adapun data yang diperoleh dari siklus 1 sampai dengan siklus 2 peneliti menggunakan analisis statistik deskripsif yaitu analisis data dalam bentuk tampilan data yang lebih bermakna dan lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh orang lain ( Sujana, 1992 ) Adapun langkah – langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data adalah sebagai berikut : a) Menghitung ketepatan siswa dan kecakapan siswa dalam mengerjakan tugasnya. b) Memberikan skor pada setiap aspek penelitian, jika benar secara sempurna mendapat skor 20 dan salah mendapat skor 0. c) Untuk mengetahui tingkat kemampuan masing – masing individu dalam penyerapan materi peneliti menggunakan rumus S = Jumlah Skor Siswa × 100 Jumlah skormaksimal NS : Nilai Siswa d) Untuk mencari dan memastikan tingkat keakuratan data maka peneliti menggunakan rumus statistik untuk menganalisisnya. Analisis data difokuskan pada aspek mencari rata – rata (mean) dalam penerapan metode drill dan keterampilan melompat dalam pembelajaran keseimbangan tubuh siswa. Adapun rumus statistik dapat dituliskan sebagai berikut : M = ΣX × 100 N Keterangan : M = Nilai rata – rata siswa ΣX = Jumlah nilai siswa N = Jumlah siswa ( Sutrisno Hadi 1998, 221 ) e) Melakukan penafsiran analisis evaluasi belajar dengan penentuan acuan patokan. Penelititan acuan patokan dalam penilaian adalah suatu cara menafsirkan skor penilaian berdasarkan patokan tertentu. kriteria tersebut ditentukan oleh peneliti yang digunakan untuk mengetahui batas minimal daya serap dan sekaligus ingin mengetahui tingkat keberhasilan dalam metode ini. Adapun penentuan patokan acuan penilaian dalam pembelajaran ini peneliti tetapkan 75 sebagai KKM. Artinya ketika subyek penelitian tersebut dinyatakan berhasil dalam proses kegiatan pembelajaran. Begitu pula sebaliknya tersebut maka subyek penelitian dinyatakan belum berhasil dalam proses pembelajaran dan perlu diadakan remedial atau siklus selanjutnya sebagai langkah untuk perbaikan. Adapun perhitungan rata – rata kemampuan pengenalan angka anak dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Jika hasilnya mencapai 85 – 100 nilainya baik sekali Jika hasilnya mencapai 70 – 80 nilainya baik Jika hasilnya mencapai 55 – 69 nilainya cukup Jika hasilnya mencapai 40 – 54 nilainya kurang Jika hasilnya mencapai …< 40 nilainya sangat kurang Dengan penggunaan analisis statistik diatas peneliti dapat mengetahui secara pasti diskripsi penilaian terhadap subyek penelitian dan mengetahui tingkat keefektifan kemampuan melompat pada proses pembelajaran. Hal ini akan dapat dilihat dari hasil evaluasi yang dilaksanakan masing – masing siklus. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini akan dibahas mengenai : a. Penjabaran dari bab III antara siklus pertama dan siklus kedua yaitu masalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. b. Penyempurnaan tindakan dari siklus pertama apabila ada salah satu kekurangan, baik metode maupun pembelajarannya maka dalam siklus kedua disempurnakan menjadi lebih baik. A. Hasil Penelitian 1) Siklus pertama a. Perencanaan Dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan bersama Kepala Sekolah yang bertugas sebagai monitoring terhadap tindakan – tindakan penelitian ini Hal – hal yang akan dilakukan adalah merencanakan pembelajaran yang dapat meningkatkan . Dan sub pokok bahasan sesuai dengan tema hari itu. Selanjutnya guru membagikan angket kepada wali murid untuk diisi dan dikembalikan kepada guru dan guru membuat RKH. b. Pelaksanaan Tindakan Sebelum memasuki pembelajaran inti terlebih dahulu anak-anak disuruh berbaris, berjajar dengan rapi untuk pemanasan dengan cara baris, lari di tempat dan sampai badan anak-anak merasa sudah agak panas kemudian anak-anak di suruh memperhatikan contoh yang dilakukan guru yaitu badan berdiri tegak, ke dua tangan lurus posisi samping. Guru kemudian mempraktekkan dengan jalan di atas papan titian, posisi kedua tangan disamping dan melangkah ke depan dengan perlahan-lahan dan apabila anak-anak kelihatan sudah mampu maka dianjurkan untuk mencobanya. Gambar 2 Semua siswa melakukan senam pemanasan Setelah siswa memahami penjelasan dari guru maka disuruh untuk mencobanya, pertama-tama anak-anak disuruh untuk bergiliran/antri di belakang papan titian, kemudian guru memanggil satu persatu agar semua bisa mencobanya walau ada anak yang tidak berani karena merasa takut dan merasa bingung merasa nanti akan jatuh dan sakit. Tetapi guru bersama guru pendamping terus memberi semangat dan support agar anak-anak tidak merasa takut dan memotivasi agar semua mau mencobanya dan bersikap, berani. Gambar 3 Siswa disuruh pendinginan setelah berjalan di atas papan titian Dalam pembelajaran keseimbangan tubuh ini, anak-anak diajak bermain dan belajar. Karena dengan bermain anak-anak tanpa terasa cepat meresap respon materi dari guru. Materi seberat apapun apabila dilaksanakan dengan gembira dan enjoi maka akan terasa ringan tanpa ada keluhan sama sekali. Apalagi kegiatan diadakan di luar kelas, anak-anak sangat pas sekali. Dan dalam kemampuan dasar yang harus dimiliki anak adalah keseimbangn yang baik, kemampuan koordinasi motorik dan motor planning (perencanaan gerak). Contoh saat anak ingin berjalan ia harus sudah rencana apakah akan mendarat dengan satu kaki atau dua kaki. Kalaupun satu kaki , kaki mana yang akan digunakan. Jika anak tidak kuat dalam perkembangan kessimangan badan, biasanya akan menghadapi kesulitan dalam sebuah perencanaan tugas yang terorganiasi (tugas-tugas yang membutuhkan kekamampuan motor planning) Gambar 3 Anak bergantian untuk mempraktekkan jalan di atas papan titian Disini guru akan memulai mengadakan tes langsung kepada anak-anak setelah anak-anak diberi contoh langkah-langkah berjalan di atas papan titian dalam pembelajaran keseimbangan tubuh tersebut. Tes tersebut dengan cara satu persatu maju kedepan untuk berjalan di atas papan titian dengan kelincahan dan keberaniannya. Dalam pelaksanaan tes langsung ini anak-anak ada aturannya yaitu anak diberi kesempatan untuk melakukan tiga kali dalam berjalan di atas papan titian tersebut. Kemudian apabila pertemuan pada siklus pertama ini gagal maka akan dilanjutkan ke siklus berikutnya . Hasil penelitian pada siklus pertama berdasarkan angket yang dibagikan dan telah diisi oleh wali murid adalah hampir seluruh siswa memiliki keterampilan berjalan di atas papan titian. Namun sesuai observasi masih banyak siswa yang belum bisa berjalan di atas papan titian dengan benar, masih sering jatuh dan ragu – ragu saat untuk berjalan.. c. Pengamatan Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran pada dasarnya telah berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Terbukti dengan adanya perilaku siswa yang semangat dan antusias sehingga anak-anak menjadi berebut untuk berjalan di atas papan titian Adapun aspek – aspek yang diamati sebagai berikut : Tabel 1 No Aspek Penilaian BS B C K 1 Antusias siswa dalam proses pembelajaran 2 Respon siswa terhadap materi yang dipelajari 3 Kesungguhan siswa dalam mengerjakan gerakan 4 Kelincahan siswa dalam menggerakkan tubuh 5 Keberanian siswa dalam melaksanakan berjalan Keterangan : Rentang nilai dan skor 1. 85 – 100 ( Baik sekali ) 2. 70 – 85 ( Baik ) 3. 60 – 69 ( Cukup ) 4. 50 – 59 ( kurang ) Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada dasarnya telah berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Selanjutnya guru melakukan penilaian terhadap siswa saat mengerjakan tugas dari guru sebagai berikut : Tabel 2 Data Penilaian siswa pada siklus 1 No Urut No Induk Aspek Ketangkasan kaki Aspek Keberanian Aspek Keseimbangan Tubuh 1 753 70 40 60 2 764 80 50 50 3 765 80 60 60 4 766 80 70 70 5 767 80 70 40 6 770 80 70 50 7 771 80 70 60 8 772 70 60 80 9 774 70 70 70 10 778 80 40 60 11 715 70 50 50 12 781 70 60 70 13 782 60 60 70 14 784 70 60 60 15 786 60 60 70 16 787 60 40 80 17 790 70 70 60 18 788 60 50 60 19 773 50 50 60 20 785 50 60 60 Jumlah 1390 1160 1240 Dari nilai tabel di atas maka peneliti dapat menghitung ( mean ) atau rata – rata dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan : M = Σ X N M : Nilai rata – rata Σ X : Jumlah Nilai Siswa N : Jumlah Siswa Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui : 1. Penilaian Aspek Ketangkasan kaki adalah : M = 1390 = 69,5 20 2. Penilaian Aspek Keberanian adalah : M = 1160 = 58 20 3. Penilaian Aspek Keseimbangan Tubuh adalah M = 1240 = 62 20 d. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran telah berjalan dengan baik . Indikator yang memperkuat adalah : 1). Semangat dan antusias yang tinggi dari siswa. 2) Melompat dengan benar tidak ragu-ragu. 3) Siswa semakin banyak ide dengan cara melompat dengan gerak kedepan dan kebelakang dengan benar. Kendatipun demikian masih ada / ditentukan beberapa siswa yang masih pasif. 1) Kesulitan berjalan di atas papan titian sehingga sering jatuh . 2) Berjalan di atas papan titian dengan ragu-ragu karena malu. 3) Kesulitan mengungkapkan ide. Dari hasil pengamatan pada siklus 1 maka langkah yang harus dilakukan adalah menjaga agar aspek kualitas belajar siswa yang sudah membaik dapat dipertahankan dan terus memberi motivasi siswa supaya meningkatkan kemampuannya dengan lebih lincah dalam hal melakukan gerakan ketika berjalan dan berdiri dalam keseimbangan tubuh, dan berusaha mengungkapkan idenya dengan cemerlang. Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui prosentase anak yang tangkas kakinya, berani dan keseimbangan badan dengan rumus sebagai berikut : Tabel 3 Prosentase Hasil kemampuan Penilaian Siswa Jenis Penilaian Tuntas Tidak Tuntas Aspek Ketangkasan kaki 70 % 30 % Aspek Keberanian 30% 70 % Aspek Keseimbangan Tubuh 30% 70% Keterangan : Rentang nilai dan skor 1. 85 – 100 ( Baik sekali ) 2. 70 – 85 ( Baik ) 3. 60 – 69 ( Cukup ) 4. 50 – 59 ( kurang ) 2). Siklus kedua a. Perencanaan Siklus ke dua pada dasarnya merupakan perbaikan dari siklus pertama dengan gagasan bahwa guru akan mencari kekurangan-kekurangan dalam kegiatan anak, dan mencari kekurangan kenapa masih ada anak tidak berani sama sekali walaupun sudah beberapa cara untuk mencobanya. Jika permasalahan pada siklus pertama masih banyak siswa yang belum bisa berjalan di atas papan titian dengan benar, masih sering anak yang jatuh dan ragu – ragu saat kaki menumpu pada papan titian, maka peneliti akan lebih memantau jalannya pembelajaran agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya guru membagikan angket kepada wali murid untuk diisi dan dikembalikan kepada guru dan guru membuat RKH, maupun media pembelajarannya. b. Pelaksanaan Tindakan Seperti pada pertemua yang lalu maka anak diajak untuk bersama-sama melakukan pemanasan terlebih dulu dengan baris, lari-lari kecil dan senam irama dengan musik dan lagu sehingga kelihatannya anak merasa senang dan santai kemudian dilanjutkan persiapan untuk berjalan di atas papan titian dan dilanjutkan untuk kegiatan lainnya. Seluruh anak diajak untuk baris tetapi sekarang dengan bentuk lingakaran dan guru di dalam lingkaran untuk memberi contoh gerakan-gerakan pemanasan pada pembelajaran keseimbangan tubuh. Karena pada dasarnya kalau anak sudah siap dalam keseimbangan tubuhnya gerakan apapun tidak akan mudah jatuh. Dalam pelaksanaan ini guru dan siswa melaksanakan berjalan di atas papan titian dengan langkah – langkah sebagai berikut : 1) Guru menyiapkan alat peraga berbentuk simpai. 2) Guru menjelaskan kepada siswa tentang aturan mainannya 3) Siswa dibagi dua kelompok agar mudah untuk memonitoring. 4) Dalam pelaksanaan berjalan di atas papan titian anak-anak membawa alat simpai tersebut. Gambar 5 Guru menjelaskan kepada siswa tentang aturan mainnya Dengan di adakan praktek keterampilan berjalan di atas papan titian ini, anak-anak semakin giat untuk berolah raga sambil bermain. Karena pembelajaran berjalan di atas papan titian ini sangatlah berguna keseimbangan badan. Apabila anak-anak mulai dini sudah diberi pelajaran secara langsung mengenai berjalan di atas papan titian ini,banyak manfaatnya bagi perkembangan maupun pertumbuhan badan. Kalau badan atau tubuh sejak dini sudah dilatih berolaqh raga dengan benar maka akan cepat perkembangan fisik anak. Gambar 6 Siswa tes langsung berjalan di atas titian Setelah guru memberi tugas kepada semua siswa untuk berjalan di atas papan titian, disini guru bertugas mendampingi maupun mengamati dan mengevaluasi siswa satu persatu dan tidak lupa untuk menjaga siswa apabila ada yang jatuh maupun terjadi kecelakaan yang tidak diduga sebelumnya. Pada pelaksanaan praktikum secara langsung ini dan tepatnya pada siklus ke dua ini guru sudah bisa memberi keputusan dan bisa menilai seluruh siswa dalam keterampilan berjalan di atas papan titian pada pembelajaran keseimbangan tubuh ini. Tidak bisa dipungkiri pembelajaran anak usia dini tidak luput dari bermain. Semua pembelajaran harus dengan bermain dan bernyanyi. Hasil penelitian pada siklus ke dua berdasarkan angket yang dibagikan dan telah diisi oleh wali murid adalah hampir seluruh siswa memilikiketerampilan melompat. Dan dalam pelaksanaan anak sudah bisa melompat dengan benar dan dengan gerakan yang lincah, berani, dan gesit. Tabel 4 Data Penilaian siswa pada siklus 2 No Urut No Induk Aspek Ketangkasan kaki Aspek Keberanian Aspek Keseimbangan Tubuh 1 753 70 50 60 2 764 80 60 70 3 765 80 60 60 4 766 80 70 70 5 767 80 70 60 6 770 80 70 60 7 771 80 70 60 8 772 70 60 80 9 774 70 70 70 10 778 80 70 60 11 715 70 70 80 12 781 70 60 70 13 782 60 60 70 14 784 70 60 60 15 786 70 60 70 16 787 60 70 80 17 790 70 70 60 18 788 60 70 70 19 773 70 70 70 20 785 70 60 70 Jumlah 1440 1300 1350 Dari nilai tabel di atas maka peneliti dapat menghitung ( mean ) atau rata – rata dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan : M = Σ X N M : Nilai rata – rata Σ X : Jumlah Nilai Siswa N : Jumlah Siswa Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui : 1. Penilaian Aspek Ketangkasan kaki adalah : M = 1440 = 72 20 2. Penilaian Aspek Keberanian adalah : M = 1300 = 65 20 3. Penilaian Aspek Keseimbangan Tubuh adalah M = 1350 = 67,5 20 Berdasarkan hasil pengamatan praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran telah berjalan dengan baik . Indikator yang memperkuat adalah : 1. Semangat dan antusias yang tinggi dari siswa. 2. Berjalan di atas papan titian dengan benar tidak ragu-ragu. 3. Siswa semakin banyak ide dengan cara berjalan di atas papan titian dengan melangkah kedepan dan kebelakang dengan benar. Kendatipun demikian masih ada / ditentukan beberapa siswa yang masih pasif. 1) Kesulitan berjalan di atas papan titian sering jatuh . 2) Berjalan dengan ragu-ragu karena malu. 3) Kesulitan mengungkapkan ide. Dari hasil pengamatan pada siklus 2 maka langkah yang harus dilakukan adalah menjaga agar aspek kualitas belajar siswa yang sudah membaik dapat dipertahankan dan terus memberi motivasi siswa supaya meningkatkan kemampuannya dengan lebih lincah dalam hal melakukan gerakan ketika berjalan di atas papan titian dan berdiri dalam keseimbangan tubuh, dan berusaha mengungkapkan idenya dengan cemerlang. Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui prosentase anak yang tangkas kakinya, berani dan keseimbangan badan dengan rumus sebagai berikut : Tabel 5 Prosentase Hasil kemampuan Penilaian Siswa Jenis Penilaian Tuntas Tidak Tuntas Aspek Ketangkasan kaki 85 % 15 % Aspek Keberanian 65 % 35 % Aspek Keseimbangan Tubuh 60 % 40 % Keterangan : Rentang nilai dan skor 1. 85 – 100 ( Baik sekali ) 2. 70 – 85 ( Baik ) 3. 60 – 69 ( Cukup ) 4. 50 – 59 ( kurang ) Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2 terdapat peningkatan yang besar dan berarti pada siklus 2 yaitu dari aspek yang dinilai , anak yang garakannya lincah, berani dan tangkas terdapat peningkatan . c. Pengamatan Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan berjalan di atas papan titian pada kesimbangan tubuh telah berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Bahkan mendapatkan perkembangan dan peningkatan yang sangat baik. Gerakan anak yang lincah , berani, dan tangkas saat berjalan di atas papn titian, semakin banyak ide, semangat dan antusias anak di siklus ke 2 ini lebih meningkat jika di bandingkan dengan pelaksanaan tindakan pada siklus 1. d. Refleksi Sesuai dengan hasil pengamatan hasil pelaksanaan pada siklus ke 2 sudah mengalami peningkatan yaitu gerakan anak lebih semangat, antusias, anak semakin banyak ide saat berjalan di atas papan titian pada pembelajaran selanjutnya Dan hal tersebut perlu di tingkatkan dalam pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui prosentase anak yang gerakannya lincah, berani dan tertib, dengan rumus sebagai berikut : Nilai peningkatan pada bidang masing-masing antara siklus 1 dan siklus 2 terdiri dari: Siklus 1 : 1. Kemampuan anak dalam bidang aspek ketangkasan kaki : 14 X 100 % = 70 % 20 17 X 100 % = 85 % 20 2. Kemampuan anak dalam bidang aspek keberanian : 6 X 100 % = 30 % 20 13 X 100 % = 65 % 20 3. Kemampuan anak dalam bidang aspek keseimbangan tubuh : 7 X 100 % = 30 % 20 12 X 100 % = 60 % 20 B. Pembahasan Berdasarkan hasil observasi belajar siswa yang didasarkan pada aspek ketangkasan kaki dengan benar pada pembelajaran keseimbangan tubuh, selama proses pembelajaran dapat dinyatakan mengalami peningkatan. Dengan demikian , hipotesis tindakan yang diajukan bahwa penerapan untuk keseimbangan tubuh dapat meningkatkan keterampilan berjalan di atas papan titian siswa kelas A RAM. NU Paringan 1 Jenangan Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat diterima. Pada aspek ketangkasan kaki dengan benar juga mengalami peningkatan sebagaimana berikut ini, dari rata-rata skor klasikal pada siklus I sebesar 69,5 dan siklus II sebesar 72 dan prosentase hasil penilaian pada siklus 1 sebesar 70 % dan siklus ke II 85 %. Pada aspek keberanian dengan benar juga mengalami peningkatan sebagaimana berikut ini, dari rata-rata skor klasikal pada siklus 1 sebesar 58 dan siklus II sebesar 65 dan prosentase hasil penilaian pada siklus 1 sebesar 30 % dan siklus II sebesar 65 % Pada aspek keseimbangan tubuh dengan benar juga mengalami peningkatan sebagaimana berikut ini, dari rata-rata skor klasikal pada siklus 1 sebesar 62 dan siklus II sebesar 67,5 dan prosentase hasil pada siklus 1 sebesar 30 % dan meningkat menjadi 60 %. Jadi pembelajaran berjalan di atas papan titian menumbuhkan gairah belajar anak karena ada faktor yang positif adanya perlombaan, menumbuhkan rasa senang bermain, dan meningkatkan pembelajaran berolah raga. Selain itu bagi anak yang terbaik mendapat hadiah, hal ini berpengaruh positif pada siswa, meskipun hadiahnya hanya sederhana namun sangat membekas dihati karena merupakan penghargaan sebuah karya/prestasi. Setiap keberhasil dalam pembelajaran di TK sebaiknya guru memberikan hadiah berupa kata-kata atau benda, karena anak usia dini masih perlu sekali untuk dorongan, dukungan baik dalam fisik, dan mentalnya. Setiap yang anak mau melaksanakan tugas dari guru atau orang lain sebaiknya diberi sanjungan yang bersifat mendorong maupun mendidik anak agar perkembangan mentalnya bisa lebih baik. Untuk melihat peningkatan dalam setiap aspek penilaian siswa maka dapat dilihat diagram sebagai berikut : Diagram 1 Aspek Ketangkasan Kaki Diagram 2 Aspek keberanian Diagram 3 Aspek keseimbangan tubuh BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab V ini akan dibahas mengenai : a. Bahwa dengan adanya praktek keterampilan berjalan di atas papan titian ini dapat meningkatkan keterampilan keseimbangan badan anak, menambah wawasan anak , kreativitas anak dan lain-lain. b. Memberi saran terhadap siswa maupun pendidik agar ada keterbukaan masalah pembelajaran agar apabila siswa menemui kesulitan cepat teratasi. A. Simpulan Berikut adalah kesimpulan dari hasil penelitian ini : Praktek keterampilan berjalan di atas papan titian dapat meningkatkan keterampilan keseimbangan badan anak kelas A RAM. NU 104 Paringan 1 Jenangan Ponorogo Tahun Pelajaran 2010/2011. 1. Dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar pada umumnya dan khususnya pada peningkatan keterampilan berjalan di atas papan titian, dan dapat meningkatkan kreativitas pembelajaran baik dari segi model, metode tehnik sehingga suasana pembelajaran di anak kelas A RAM. NU 104 Paringan 1 Jenangan Ponorogo lebih kondusif. 2. Pembelajaran berjalan di atas papan titian mampu meningkatkan keseimbangan badan anak kelompok A RAM NU 104 Paringan 1. B. Saran 1) Penerapan praktek berjalan di atas papan titian dapat meingkatkan keterampilan pada pembelajaran keseimbangan tubuh dan dapat diterapkan pada materi dan bidang pengembangan yang lain. Tentunya dengan melakukan inovasi dan pengembangan pembelajaran olah raga. 2) Ketermapilan berjalan di atas papan titian anak kelas A RAM. NU 104 Paringan 1 Jenangan Ponorogo ketika diterapkan praktek berjalan di atas papan titian memang mengalami peningkatan. Namun tidak menutup kemungkinan masih ada upaya lain yang terencana dan berkesinambungan demi peningkatan kearah yang lebih baik. 3) Untuk pendidik dan siswa diharapkan lebih saling ada keterbukaan sehingga apabila siswa mengalami kesulitan, keluhan dalam hal pembelajaran keseimbangan tubuh khususnya dan pembelajaran yang lain pada umumnya agar lebih cepat teratasi dengan mudah. DAFTAR PUSTAKA Deporter Bobbi, Reardon Mark, Singer Sarah, Nourie, 2000, Quantum teaching, PT Mijan Pustaka : Bandung. Depdiknas,2005, Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak – kanak. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah : Jakarta. Depdiknas,2002, Acuan Menu Pembelajaran Generik , Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia, Ddirektorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda dicetak ulang oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan : Jawa Timur. Depdiknas,2004, Kurikulum Tk dan RA Standar Kompetensi. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menenganh Direktorat Pendidikan Tk dan SD : Jakarta. Hardo Handoko, 2009, Modul Kurikulum Taman Kanak – kanak / PAUD Program Strata I UNIVERSITAS PGRI Ronggolawe : Tuban. Jahja Yundrik, Abidin Ibrahim, Fridani Lara, Asmawati Luluk, 2005. Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Roudhatul Athfal. Departemen Agama Direktorat Jendral kelembagaan Agama Islam : Jakarta. Kurnianto Ridho, Suryani, 2003, Kurikulum Taman Kanak – kanak. Universitas Muhammadiyah : Ponorogo. Supriani Arif, 2005. Modul Pedoman Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak , Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Thoyib Mohammad, 2009. Modul Penelitian Tindakan Kelas Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, Ponorogo : LP2M Intitut Agama Islam Sunan Giri. Undang – Undang Republik Indonesia No: 20, 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Cemerlang Jakarta (http://saifulmmuttaqin.blogspot.com/2008/01/.html) dalam pembelajaran ketrampilan http://www.kamusbesar.com/41354/titian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar